Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serba-serbi Kisah Mistis Lubang Buaya, Tempat Pembunuhan 7 Pahlawan Revolusi

4 Agustus 2020   23:10 Diperbarui: 4 Agustus 2020   23:02 2092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Penderitaan itu pedih, Jenderal. Sekarang rasakan sayatan silet ini. Juga pedih! Tapi tidak sepedih penderitaan rakyat."

Atau...

"Darah itu merah Jendral."

MASIH ingatkah anda dengan dialog-dialog yang saya tulis di atas? Ya, itu adalah salah satu penggalan dialog dalam adegan yang diambil dari film "Pengkhianatan G30S/PKI" garapan Arifin C Noer.

Sutradara kondang tanah air ini memang diakui telah sukses menciptakan trauma kolektif bagi jiwa-jiwa penontonnya, terutama anak-anak di zaman Orde Baru (Orba).

Penggalan dialog yang saya sebutkan tadi, dilakukan oleh antek-antek Partai Komunis Indonesia (PKI), untuk menakut-nakuti atau mengancam para jendral yang diculik, lalu di bawa ke Lubang Buaya. 

Ya, diceritakan dalam film tersebut, para PKI memaksa kepada para jendral yang masih hidup untuk menandatangani sebuah surat, yang menyatakan bahwa dewan jendral itu memang ada.

Dalam catatan sejarah, dewan jendral itu adalah bentuk fitnah PKI terhadap para petinggi angkatan darat, yang konon katanya akan melakukan kup atau kudeta terhadap kedaulatan dan kekuasaan pemimpin revolusi, Presiden Sukarno.

Kembali pada film garapan Arifin C Noer dimaksud, peristiwa pembunuhan terhadap enam jendral dan satu perwira menengah itu memang masih mengundang banyak perdebatan.

Ada yang mengatakan, bahwa adegan-adegan kekerasan yang dilakukan oleh PKI terhadap tujuh pahlawan revolusi tersebut terlalu sadis. Hal itu sengaja dibuat dan dipesan oleh pemerintah, sebagai bentuk propaganda penguasa zaman Orba, dalam hal ini Presiden Soeharto. Tujuannya, adalah, agar masyarakat sangat membenci PKI. Di lain pihak, masyarakat sengaja diarahkan untuk mengakui Presiden Soeharto sebagai super hero dalam peristiwa tragis dimaksud.

Dan, ternyata maksud dari pemerintah zaman Orba tersebut sangat berhasil. Mayoritas warga masyarakat Indonesia, yakin dan percaya, bahwa kekejaman PKI memang sudah sangat melampaui batas prikemanusiaan. Sementara di sisi lain, Presiden Soeharto menjadi sosok penguasa yang cukup dieluk-elukan pada waktu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun