Sejarah mencatat, pada tahun 1950-an, marak terjadi penyelundupan beras yang dilakukan oleh orang-orang militer atau anggota Tentara Nasional Indonsia (TNI). Salah seorang yang melakukan perbuatan atau terlibat dalam aksi penyelundupan tersebut adalah Soeharto.
Sayang, di saat anggota-anggota militer lainnya berhasil lolos dan aman-aman saja dalam melakukan penyelundupan beras dimaksud, Seoharto yang pada tahun 1959 tengah menjabat sebagai Panglima Tentara dan Teritorim IV (sekarang Kodam Dipinegoro), justeru harus terkena apesnya.
Diduga kuat, penyelundupan beras yang dilakukan oleh Soeharto ini bukan untuk kepentingan Kodam, melainkan demi kepentingan pribadinya. Alias, duitnya masuk kantong Soeharto pribadi dan Lim Sie Liong.
Ya, saat itu, hubungan Soeharto dengan salah satu konglomerat tanah air itu sudah terjalin cukup erat. Dan, hubungan baik tersebut terus terjalin hingga Soeharto menjabat sebagai Presiden RI.
Nah, karena penyelundupan beras tersebut terbongkar, membuat atasannya, Kolonel Ahmad Yani, yang menjabat sebagai Deputi II Panglima Angkatan Darat, marah besar terhadap Soeharto. Dia melaporkan kejadian tersebut kepada orang nomor satu di Angkatan Darat, Mayor Jendral Abdul Haris Nasution.
Dikutip dari Tirto id, Kata M. Jasin dalam Saya Tidak Pernah Minta Ampun kepada Soeharto: Sebuah Memoar (1998:195), Nasution hendak memecat Soeharto. Namun rencana itu tak terlaksana. Soeharto diselamatkan Mayor Jenderal Gatot Subroto.
Seperti Soeharto dan Ahmad Yani, Gatot Subroto juga berasal dari rumpun Diponegoro. Ia adalah Wakil Kepala Staf Angkatan Darat ketika kasus Soeharto bergulir. Di pucuk pimpinan Angkatan Darat, Gatot adalah perwira tua yang suaranya cukup didengar. Ia berusaha meyakinkan para petinggi Angkatan Darat, bahwa "Soeharto masih bisa diperbaiki".
"Akhirnya Pak Gatot memutuskan tidak ada yang diragukan dan disalahkan atas tindakan saya itu, dan saya diperintahkan melanjutkan pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) sampai selesai," ujar Soeharto, dalam biografinya, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya.
Masih dikutip dari Tirto.id, setelah lulus dari SSKAD, karier militer Soeharto berlanjut. Ketika Gatot Subroto wafat pada 11 Juni 1962, Ahmad Yani telah menjadi Panglima Angkatan Darat, sementara Soeharto dijadikan Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang juga Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Menurut Soeharto, Gatot Subroto mulai mengenalnya saat terjadi peristiwa Palagan Ambarawa pada Desember 1945. Kala itu, Soeharto masih Komandan Batalion X Â Yogyakarta dan masih berpangkat Mayor. Sementara Gatot yang pangkatnya Letnan Kolonel adalah salah satu perwira penting di Divisi Purwokerto.