Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia, Apa Rencana Mereka?

3 Agustus 2020   10:42 Diperbarui: 3 Agustus 2020   11:00 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IndonesiaKiniNews.com

UNTUK menjadikan kondisi bangsa dan negara selalu on the track atau tidak menyimpang dari amanah kostitusi Undang-Undang Dasar (UUD) 45, dibutuhkan pihak-pihak yang mengontrol dan mengawasi kinerja pemerintahan.

Sesuai dengan konstitusi, di negara Indonesia sudah terdapat institusi khusus yang bertindak sebagai lembaga kontrol tersebut. Yaitu, Dewan Perwakilam Rakyat. Baik itu di tingkat pusat (DPR RI) atau tingkat daerah provinsi maupun kabupaten/kota (DPRD).

Hanya saja, institusi yang kerap disebut kumpulan wakil rakyat ini tidak atau belum mampu bekerja maksimal dan memanfaatkan kewenangannya dengan optimal. Mereka justru sering terjebak pada permainan kotor.

Institusi yang sejatinya menjadi lembaga kontrol pihak eksekutif atau pemerintah, justru malah bertindak sebaliknya. Kinerja merekalah yang patut diawasi. Pasalnya, sudah banyak bukti kasus yang menyeret para anggota wakil rakyat ini pada praktik-praktik melanggar aturan hukum. Sebut saja, korupsi, gratifikasi, nepotisme atau kolusi.

Dengan kata lain, lembaga kontrol kinerja pemerintah tersebut boleh dibilang tidak lagi bisa diharapkan mampu bekerja sesuai dengan marwah yang dimilikinya. Alih-alih mengawasi kinerja pemerintah, yang ada malah kerap kali ikut "bermain mata" dengan lembaga eksekutif dimaksud.

Dengan kondisi ini, maka tidak bisa dielakan lagi, kita butuh pihak-pihak atau lembaga independen lain, yang memiliki kredibelitas sebagai juru kontrol kinerja pemerintah, agar jangan sampai kebablasan.

Di Indonesia sendiri telah cukup banyak pihak atau lembaga independen yang konsen mengkritisi dan mengawasi kinerja pemerintah dimaksud. Sebut saja, dari pihak perorangan, muncul nama-nama seperti Rocky Gerung, Refly Harun, Sri Bintang Pamungkas, Muhamad Said Didu, Din Syamsudin, dan sederet nama lainnya.

Sementara, untuk pihak-pihak lembaga independen, diantaranya ada Indonesian Coruption Watch (ICW), yang lebih konsen mengontrol dan mengkritisi kebijakan pemerintah tentang kebijakan keuangan negara atau lebih detilnya dalam hal korupsi. Kontras, yang fokus pada prilaku ketidak adilan yang bersinggungan dengan orang hilang atau korban tindak kekerasan, dan masih banyak lagi.

Eksisitensi pihak-pihak tersebut di atas jika diaktualisasikan dalam bentuk kritik konstruktif, sepertinya akan menjadi hal menguntungkan bagi bangsa dan negara. Pasalnya, selain bisa mengerem kebijakan pemerintah yang sekiranya menyimpang. Kritik tersebut biasanya disertai solusi cerdas.

Hanya saja, yang kerap terjadi belakangan ini, wujud kritikan yang dilontarkan pihak-pihak yang menyebut dirinya pengamat, akademisi atau ahli atau bahkan lembaga independen itu cenderung destruktif, bahkan tak jarang menjurus sarkasme.

Dalam hal ini, kritikan yang dibangun bukannya membawa kebaikan, tetapi malah sebaliknya. Kerap, kritikan tersebut malah memantik kegaduhan. Boro-boro memberi solusi, yang ada malah caci maki dan nyinyir. Tentu saja, yang diinginkan bangsa dan negara termasuk warga masyarakat bukanlah kritik seperti itu, bukan?

Nah, bicara soal kritik. Kemarin, Ahad (2/08/2020) sejumlah tokoh yang selama ini biasa mengkritisi pemerintah berkumpul di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. Mereka berkumpul untuk mendeklarasikan berdirinya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Diantara sekian banyak tokoh yang berkumpul, ada beberapa nama yang akrab dengan telinga kita. Sebab, mereka ini begitu sering wara-wiri di beragam media, baik media massa mainstream atau media sosial. Kumunculan mereka di media dimaksud tentu saja dalam kaitannya mengkritisi pemerintah.

Sejumlah tokoh terkenal tersebut adalah, Din Syamsudin, Rocky Gerung, MS Ka'ban, M Said Didu, Refly Harun, Ahmad Yani, Ichsanudin Noor, dan Sri Bintang Pamungkas.

Dikutip dari Sindonews.com, Din Syamsudin dalam sambutannya mengatakan, kapal besar Indonesia telah goyang dan hampir karam. Untuk itu perlu gerakan menyelamatkan Indonesia, yang berarti menyelamatkan jutaan keluarga karena kepala keluarganya kini tidak bisa lagi bekerja karena kena PHK.

"Menyelamatkan Indonesia adalah menyelamatkan dari oligarkhi, kleptokrasi, korupsi, dan politik dinasti," kata Din dalam acara tersebut, Minggu (2/8/2020).

"Koalisi aksi menyelamatkan Indonesia pada pemahaman saya adalah sebuah gerakan moral seluruh elemen-elemen dan komponen bangsa lintas agama, suku, profesi, kepentingan politik kita bersatu, kita bersama-sama sebagai gerakan moral untuk menyelamatkan Indonesia," imbuhnya.

Sementara itu, pengamat politik Rocky Gerung mengatakan, pertemuan ini untuk mengadu gagasan dalam upaya mengatasi masalah bangsa. Menurut dia, forum ini bertujuan untuk menyelamatkan Indonesia.

Sementara itu, mantan Sekretaris BUMN Said Didu mengajak para birokrat pemerintah, profesional, dan akademisi untuk bergabung bersama-sama menyelamatkan Indonesia. 

"Mari jadi pengawal kebenaran untuk masa depan bangsa. Jangan jadi pengkhianat kebenaran," tuturnya.

Menilik dari apa yang mereka ungkapkan, rasanya sangat indah dan menyejukan jiwa. Mereka hadir dan dibentuk demi menyelamatkan bangsa dan negara dari keterpurukan.

Tak dipungkiri, dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia memang tengah dihadapkan pada situasi pelik dan krisis, akibat pandemi virus corona atau covid-19, sehingga kondisi kesehatan dan ekonomi bangsa ini terancam.

Saya berharap, sejumlah tokoh yang tergabung dalam KAMI ini benar-benar mampu mengaktualisasikan ide dan gagasannya guna kebaikan bangsa. Syukur-syukur, mereka juga bisa memberikan solusi jitu agar negara bisa secepatnya keluar dari situasi krisis.

Saya yakin, jika ini ada dalam benak sejumlah tokoh-tokoh tersebut, rasanya Indonesia aman, tentram serta damai bukan lagi hal mustahil.

Kendati begitu, menilik rekam jejak sejumlah tokoh-tokoh tersebut di atas, sepertinya tak berlebihan jika saya sedikit curiga. Jangan-jangan, bergabungnya mereka ini ada muatan-muatan politis, yang sengaja hendak merongrong kedaulatan pemerintah.

Soalnya, siapa tak kenal Rocky Gerung, Sri Bintang Pamungkas, Rizal Ramli, atau Sukmawati. Selama ini mereka selaku keras mengkritisi pemerintah, bahkan tak jarang cenderung sarkasme, tetapi hampir tidak pernah memberikan solusi yang jelas.

Lalu, apa rencana mereka mengumpulkan sejumlah tokoh tersebut untuk bergabung dalam KAMI? Menarik kita tunggu aksi-aksi kedepannya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun