Kembali pada alasan Donald Trump, saya kira jika hanya takut adanya kecurangan, hanyalah alasan yang terlalu dipaksakan. Padahal sebetulnya dia belum siap saja menghadapi Pilpres kali ini, karena tingkat kepercayaan warga negara Paman Sam tengah menukik tajam.
Rendahnya tingkat kepercayaan warga masyarakat negeri Paman Sam ini dipicu oleh ketidakmampuan Presiden yang pada pemilihan 2016 lalu mengalahkan Hillary Clinton ini, menangani wabah pandemi virus corona.
Karena ketidakmampuan dan awalnya menganggap sepele soal pandemi covid-19 tersebut, mengakibatkan AS menjadi negara yang paling banyak mendapatkan kasus positif dan angka kematian tertinggi di dunia, jauh melebihi negara asal wabah, China.
Dilansir dari Kompas.com, hingga 1 Agustus 2020 jumlah kasus positif di AS mencapai 4.702.922 kasus, dengan jumlah meninggal sebanyak 156.712 orang, dan total sembuh 2.322.94.Â
Akibat dari pandemi itu pula, perekonomian di AS anjlok 32,9 persen pada kuartal April-Juni. Ini menjadi yang terburuk sepanjang sejarah dalam periode yang sama.
Selain karena pandemi yang mengakibatkan perkonomian di AS terpuruk, Trump juga dinilai sebagai presiden yang sarat dengan kontroversi, sehingga kurang begitu disukai warga masyarakatnya.
Dua diantara sekian banyak kebijakan Donald Trump adalah, mengakui Yerussalem sebagai ibu kota Israel dan perang dagang. Dalam hal ini, Trump menggoyang ekonomi global dengan menyulut perang dagang. Pemerintah AS menaikkan tarif bea masuk impor produk China seperti impor baja dan alumunium. Yah, Donald Trump membidik China karena dianggap selama ini perdagangan antara AS dengan negara tersebut berat sebelah.
Selain itu, selama masa pemerintahannya, Donald Trump juga sempat merasakan aksi pemakzulan oleh parlemen AS. Pria 73 tahun tersebut dituduh telah menyalahgunakan kekuasaannya dan menghalang-halangi penyelidikan kongres.
Dengan sederet catatan jauh dari kata memuaskan ini, rasanya apa yang dikehendaki Donald Trump untuk menunda pelaksanaan Pilpres, sepertinya bukan semata-mata takut adanya kecurangan, melainkan sebetulnya dia takut kalah alias jiper oleh penantangnya Joe Biden.