Kepergian Ibu Tien pada tahun 1996 silam, konon kabarnya langsung meredupkan aura kekuasaan Soeharto. Saat tampil di depan publik pun, ia tampak tak bercahaya dan begitu renta. Kalangan spiritualis memprediksi, wahyu keprabon telah pergi darinya. Disebut-sebut, Ibu Tien adalah wahyu keprabonnya Presiden Soeharto.
Entah kebetulan atau tidak, semenjak Ibu Tien atau wahyu keprabonnya wafat, selang dua tahun kemudian kekuasaan Presiden Soeharto pun runtuh.
Wahyu keprabon itu sendiri adalah sebuah restu gaib dari para leluhur dan alam semesta. Semacam kepercayaan yang diberikan untuk memimpin suatu kerajaan atau negeri.
Itulah sedikit sisi kekuatan mistis Presiden Soeharto, yang dipercaya sebagai benteng dirinya dari segala ancaman pihak luar sekaligus membentengi kekuasaannya hingga mampu bertahan lebih dari tiga dekade lamanya.
Baca juga :Eksistensi Kejawen di Tengah Era Modern
Lalu bagaimana dengan Presiden Soekarno?
Seperti halnya dengan Presiden Soeharto, presiden pertama RI ini juga begitu akrab dengan kekuatan-kekuatan mistis. Bahkan, menurut beberapa sumber bacaan, Presiden Soekarno juga memiliki benda-benda pusaka yang tak pernah lepas dari genggaman. Salah satunya adalah tongkat komando.
Menurut rumor yang berkembang, tongkat komando ini adalah benda keramat dan memiliki kesaktian luar biasa. Tak sedikit yang mempercayai, bahwa tongkat komando ini telah membantunya dalam memimpin Bangsa dan Negara Indonesia. Bukan hanya itu, tongkat tersebut juga dianggap telah menyelamatkan Presiden Sukarno dari beberapa kali percobaan pembunuhan.
Presiden Soekarno, juga disebut-sebut memiliki kekuatan magis. Ia dikenal bisa menyembuhkan penyakit hanya dengan sentuhan tangannya. Banyak juga riwayat yang menuliskan bagaimana Soekarno memiliki kekuatan yang di luar akal normal.
Putra sang fajar ini juga pernah mengalami peristiwa yang sulit bisa diterima oleh akal sehat. Seperti dikutip dari IDNTimes, peristiwa tersebut adalah :
1. Tiba-tiba mendung pertanda Soekarno ada di Bali.
Akademisi Institut Seni Indonesia (ISI), I Wayan Dibia, mengisahkan bagaimana semasa ia kecil mendengar sisi lain dari Soekarno. Jika ia berkunjung ke Bali, pada hari ketiga pasti akan mendung pertanda hujan akan turun.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!