Fakta sudah jelas, Presiden memanggil Ahmad Purnomo hanya untuk memberitahukan, bahwa yang mendapatkan rekomendasi adalah Gibran.
Bagi saya, tindakan yang dilakukan Presiden Jokowi masih tidak bisa dipercaya. Masa iya, urusan se-sensitive tersebut dilakukannya secara terang-terangan.
Saya yakin dan percaya, bahwa Presiden Jokowi sadar akan dampak dari tindakannya ini. Sebab kalau tidak, ini merupakan blunder yang pernah dilakukan oleh seorang Jokowi selama menjabat presiden.
Ada beberapa hal yang menurut saya, pemanggilan Purnomo ini ganjil.
Pertama, idealnya yang memberitahu tentang siapa gagal, siapa dapat rekomendasi adalah pihak internal PDI-P. Bisa itu DPP langsung, atau Pengurus tingkat provinsi.
Pertanyaannya, kenapa harus Presiden Jokowi langsung, apa pihak internal partai tidak ada yang berani memberitahunya? Saya kira tidak.
Kedua, kalaupun terpaksa Presiden Jokowi yang harus memberitahunya, kenapa harus langsung memanggilnya ke Istana Presiden. Untuk masalah yang sipatnya privacy, tentunya tidak etis membicarakan hal tersebut di Istana Presiden.
Dalam hal ini, Presiden Jokowi bisa saja memberitahukannya via ponsel, atau dengan cara-cara lain yang seminimal mungkin diketahui masyarakat luas.
Ketiga, saya kira tanpa diberitahu Presiden Jokowi pun, rasanya Ahmad Purnomo sudah lebih dulu mengetahuinya. Atau paling tidak, akhirnya dia akan mengetahui sendiri, saat pengumuman calon-calon yang akan maju pada Pilkada serentak 2020, khususnya kandidat Pilwakot Solo, dibacakan oleh Puan Maharani, Jumat (17/7/2020).
Dengan tiga alasan di atas, saya rasa apa yang dilakukan Presiden Jokowi ini memang disengaja, dengan tujuan yang saya sendiri masih belum bisa menerkanya.
Namun, jika boleh berhipotesis, Presiden Jokowi sengaja memanggil Purnomo ke Istana dengan maksud untuk memberikan penghargaan atau rasa hormatnya.Â