Mereka bertiga, benar-benar konsen untuk mematahkan penyebaran virus asal Wuhan, China ini, jangan sampai terus bergerak liar.
Hanya saja, hasilnya menunjukan progres berbeda. Hingga saat ini, DKI Jakarta memang masih termasuk kontributor terbanyak kasus positif virus corona di tanah air.
Selain itu, dibanding dengan Jawa Barat dan Jawa Tengah. DKI Jakarta masih terus menyisakan masalah dalam hal distribusi bantuan sosial (Bansos), bagi masyarakat terdampak.
Sebut saja, dobel data penerima dan salah sasaran. Sementara, janji yang disampaikan Anies, bahwa segala permasalah itu seolah tidak akan terjadi. Akan tetapi, faktanya menunjukan hasil berbeda.
Nah, karena gampang janji dan hasilnya tidak sinkron dengan realita ini, yang mungkin membuat kepercayaan masyarakat terhadapnya menurun. Dan, sebagai "sanksinya" adalah, elektabilitas Anies terus merosot.
Hal tersebut membuktikan, bahwa dalam hal penilaian elektabilitas, kepiawaian Anies dalam bersilat lidah atau memainkan narasi, sepertinya tidak mampu menolong.
Diprotes Karena Ingkar Janji
Bicara tentang "bersilat lidah". Jurus-jurus Anies boleh jadi sudah sangat unggul dibanding dengan para pimpinan daerah atau politisi lainnya.
Dengan "kesaktian" jurus-jurus "silat lidahnya" pula, pada Pilgub DKI Jakarta 2017, dia mampu "menundukan" warga DKI Jakarta untuk mendukungnya.Â
Terbukti, Anies yang berpasangan Sandiaga Uno, mampu mengalahkan petahana yang sebenarnya jauh lebih diunggulkan. Pasangan dimaksud adalah, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok dengan Djarot Syaeful Hidayat.
Salah satu jurus "silat lidah" yang dikeluarkan Anies untuk mengalahkan pasangan petahana itu adalah dengan menjanjikan terhadap warga Jakarta, akan menolak tegas adanya reklamasi di Teluk Jakarta. Dengan dalih, reklamasi akan merugikan para nelayan dan lingkungan yang berada di sekitaran wilayah tersebut.