Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Upaya AHY dalam Bayang "Dosa" Politik SBY

11 Juli 2020   22:55 Diperbarui: 11 Juli 2020   22:55 3020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KETUA Umum (Ketum) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam beberapa waktu belakangan getol melakukan safari politik ke sejumlah tokoh politik nasional.

Beberapa tokoh yang ditemui oleh putra sulung Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini adalah, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Tidak sedikit pihak menilai bahwa safari politik yang dilakukan mantan tentara ini sebagai upayanya agar bisa masuk ke dalam jajaran Kabinet Indonesia Maju (KIM). Apabila sewaktu-waktu Presiden Joko Widodo (Jokowi) benar-benar mewujudkan ancamannya terkait perombakan kabinet atau reshuffle.

Kendati begitu, tak sedikit pula yang menganggap bahwa upaya AHY ini adalah kesia-siaan saja. Salah satunya hal tersebut diutarakan oleh pengamat politik dan hukum dari dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Saiful Anam.

"Saya melihat safari politik AHY ke sejumlah tokoh akhir-akhir ini ingin menunjukkan jati dirinya semata. Karena, pamor AHY yang masih minim di kancah politik ditanah air," ujar Saiful, Sabtu (11/7/2020). Tribunnews.com.

Saiful melihat, masih adanya keengganan komunikasi antara SBY dengan Megawati Soekarnoputri adalah masalah yang akan mempersulit langkah AHY masuk kabinet Jokowi.

Masih dikutip dari Tribunnews.com, bukan tak mungkin Megawati akan berkaca pada pengalaman bagaimana konstalasi politik ketika dia menjadi Presiden dan SBY menjadi Menkopolkam-nya

Di mana setelahnya SBY kemudian justru melenggang menjadi pemenang dalam Pilpres 2004 mengalahkan Megawati.

Perang Dingin SBY - Megawati

Sudah menjadi rahasia nasional, bahwa hubungan antara SBY dengan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri sudah mulai terendus sejak tahun 2003 silam.

Saat itu SBY yang masih menjadi anak buahna Megawati sebagai Menko Polkam berani "melawan" dengan memutuskan bersaing pada pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2004.

Singkat cerita, kerenggangan diantara keduanya semakin lebar, manakala pada Pilpres 2004 tersebut, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla ternyata mampu mengalahkan mantan boss-nya di pemerintahan, Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan Hasyim Muzadi.

Sejak saat itu, Megawati seolah enggan menjalin hubungan baik kembali dengan SBY. Bahkan partainya, PDI Perjuangan rela menjadi oposisi 10 tahun atau selama dua periode kepemimpinan SBY selaku Presiden Republik Indonesia.

Kesempatan untuk memperbaiki hubungan keduanya sebenarnya cukup besar saat SBY sempat merapat kepada Jokowi jelang pengumuman kabinet pada pemerintahan jilid II.

Ya, walaupun merapatnya SBY ke Jokowi bukan tanpa maksud. Diduga kuat, dia ingin menjadikan AHY menjadi salah satu menteri pada pemerintahan Jokowi jilid II.

Seperti sudah banyak diperkirakan, keinginan SBY ini akhirnya bagai mimpi di siang bolong. Dia gagal menjadikan AHY bergabung dalam Kabinet Indinesia Maju (KIM).

Pangkal masalah kegagalannya itu diperkirakan bahwa Megawati yang diakui atau tidak sangat memiliki kekuasaan di kelompok koalisi pemerintahan Jokowi tidak memberikan restunya kalau AHY diangkat jadi salah seorang menteri.

Intinya, kegagalan AHY menjadi menteri seolah menjadi karma atas "dosa" politik yang pernah diperbuat ayahnya. SBY dianggap telah berani "mengkhianati" Megawati yang notabene adalah boss-nya.

Nah, apa yang terjadi pada awal kepemimpinan Jokowi jilid II. Rasanya seperti dinyatakan oleh Saiful Anam kembali jadi kenyataan. Bahwa AHY akan sulit masuk kabinet, seandainya reshuffle diwujudkan dalam waktu dekat. 

Karena Megawati masih memegang peranan penting dalam koalisi pemerintahan Jokowi.
Sangat mungkin, Megawati masih tidak akan terima. Karena saya rasa tidak ingin kejadian pahit pada 2004 lalu kembali terulang.

Sebagaimana diketahui, saat ini PDI Perjuangan dan Megawati Soekarnoputri mempunyai agenda politik yang maha penting, yakni mengusung putrinya, Puan Maharani maju pada Pilpres/Pilwapres 2024.

Sejauh ini posisi Puan setidaknya di internal partai masih aman dan terkendali. Walaupun ada nama Ganjar Pranowo yang belakangan elektabilitasnya membaik. Tapi, lupakan dulu Ganjar. Kita bicara Putri dari Megawati saja.

Dalam hal ini, Megawati tentunya akan menjaga kepentingan politik putrinya itu hingga Pilpres 2004. Dia tentu tidak ingin ada pihak-pihak yang bisa mengganggu kepentingan politiknya. 

Dan AHY adalah gangguan cukup kuat jika diberi kesempatan oleh Jokowi masuk dalam kabinetnya.

AHY yang juga digadang-gadang ingin maju pada Pilpres 2004 tentu saja bakal sangat diuntungkan jika diberi panggung oleh Jokowi dalam kabinetnya.

Megawati pasti berpikir, masuknya AHY dalam kabinet Jokowi sama halnya memelihara anak macan. Jika sudah tumbuh besar bukan mustahil akan menerkam majikannya sendiri.

Jadi sekali lagi, AHY harus bisa terima nasib akan tetap sulit masuk gerbong kabinet lantaran "dosa" politik ayahnya dan kepentingan politik Megawati.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun