SETIDAKNYA ada dua isu cukup panas di tanah air dalam beberapa waktu belakangan. Pertama tentang wacana adanya reshuffle Kabinet Indonesia Maju (KIM) dan soal tulisan pengiat sosial, Denny Siregar di akun facebook-nya yang berjudul " Adek2ku calon teroris yg abang sayang".
Namanya hot isue, sudah pasti memantik sorotan dari berbagai kalangan. Baik dari masyarakat sipil, akademisi, aparat kepolisian hingga pengamat politik.
Hanya saja dalam kesempatan ini, saya hanya akan mengulas tentang adanya wacana reshuffle di tubuh KIM.
Wacana adanya reshhuffle kabinet ini berkembang di tengah-tengah masyarakat pada Minggu, tanggal 28 Juni 2020 lalu. Saat unggahan video sidang kabinet paripurna yang digelar pada Rabu (18/06/20) itu beredar di akun youtube Sekretariat Presiden.
Tampak dalam unggahan video dimaksud, Presiden Joko Widodo sangat marah terjadap kinerja para pembantunya di kabinet (Baca : menteri). Mantan Wali Kota Solo itu menilai para menterinya ini bekerja biasa-biasa saja dan tidak memiliki sense of crisis di tengah-tengah masa pandemi virus corona atau covid-19.
Ujungnya, orang nomor satu di Republik Indonesia mengeluarkan nada ancaman, berupa pembubaran lembaga dan reshuffle.
Tak pelak, isu akan adanya wacana reshuffle tersebut langsung ditanggapi beragam oleh beragam kalangan masyarakat, terutama kaum akademisi dan para pengamat politik.
Mereka mulai mengutak-atik serta menerka-nerka tentang nama-nama menteri yang layak untuk direshuffle termasuk sosok mana yang dipandang layak untuk menggantikannya.
Dari hasil tebak-tebakan itu pula, saya sempat menerima pesan WhatsApp dari salah satu kawan yang isinya berupa perkiraan atau prediksi daftar nama-nama menteri Jokowi jika wacana reshuffle diwujudkan.
Salah satu nama menteri yang masih saya ingat dan pernah ditulis ulasannya di blog keroyokan ini, yaitu bergesernya posisi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir menjadi Menteri Perdagangan. Sedangkan jabatan mantan bos Inter Milan itu sendiri digantikan oleh Komisaris Utama (Komut) Pertamina, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok.
Tidak sekadar menerima pesan WhatsApp, saya pun sempat membaca dari salah satu media online, bahwa Indonesia Political Opinion (IPO) merilis 10 nama menteri Jokowi yang paling layak untuk direshuffle.
Hasil rilis IPO, nama menteri yang menempati persentasi tertinggi sebagai menteri yang paling layak direshuffle adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna Laoly. Politisi senior PDI Perjuangan itu memperoleh 64,1 persen dari jumlah total responden.
Selain Yasonna, masih ada nama-nama lainnya, semisal Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sosial (Mensos), Juliari Batubara, Menteri Koprasi san Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki dan Menteri Pemuda dan Olahraha (Menpora) Zainudian Amali.
Saya berkeyakinan dengan adanya ancaman reshuffle tersebut, para menteri maupun partai politik yang mengirimkan kadernya di Kabiner Indonesia Maju langsung ketar-ketir. Khawatir bahwa dirinya atau partai merekalah yang bakal kena reshuffle tersebut.
Tapi, rupanya wacana reshuffle tersebut hanyalah sandiwara yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.Â
Sepertinya mantan Gubernur DKI Jakarta ini hanya sebatas tes ombak dan ingin melecut kinerja para menterinya agar lebih bersungguh-sungguh menjalankan tugasnya. Terutama terkait penanganam pandemi virus corona.
Kenapa saya bisa menyimpulkan bahwa itu semua hanya sandiwara?
Alasan yang paling logis adalah bahwa saat ini Indonesia masih sangat tidak relevan dengan masih adanya ancaman penyebaran virus asal Wuhan, China itu. Bahkan dalam beberapa waktu terakhir, peningkatan jumlah kasus positif akibat terinfeksi virus corona selalu melebihi 1000 kasus tiap harinya.
Tantu saja jika reshuffle diwujudkan dalam waktu dekat dengan kondisi negara masih dalam cengkraman pandemi covid-19 belum tentu bisa berdampak lebih baik. Artinya, menteri penggati belum tentu langsung tune in dengan tanggungjawabnya.
Alasan lainnya adalah adanya pernyataan dari Menteri Sekretaris Negara (Mensetneg) Pratikno yang menyebutkan bahwa pemerintah belum berencana me-reshuffle kabinet. Sebab, kabinet yang ada saat ini sudah berjalan dengan baik setelah teguran Presiden Joko Widodo pada 18 Juni 2020.
"Tentunya dengan progres yang bagus ini, isu reshuffle tidak relevan sejauh bagus terus. Sekarang sudah bagus dan semoga bagus terus. Tentu saja kalau bagus terus, ya enggak ada isu, enggak relevan lagi reshuffle," kata Pratikno dalam konferensi pers tentang peringatan HUT RI ke-75 yang ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden, Senin (6/7/2020). Tirto.id.
Dalam kesempatan itu, Pratikno menceritakan, Presiden Jokowi ingin menjadikan pagebluk ini sebagai upaya mereformasi Indonesia.
"Beliau juga sangat menyadari pandemi ini jangan semata harus kita segera selesaikan masalahnya, tapi juga sebagai momentum fundamental reform," kata Pratikno.
"Beliau kadang mengatakan jangan sia-siakan krisis ini, jangan sia-siakan masalah besar ini, masalah besar ini justru sebagai momentum."
Ia pun mengajak masyarakat untuk tidak membahas lagi soal reshuffle. Ia menuturkan, pemerintah fokus dalam menyelesaikan masalah pandemi Covid-19.
Â
"Jadi jangan ribut lagi reshuffle karena porgres kabinet berjalan dengan bagus," kata Pratikno.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H