Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Janji Manis Anies Berakhir Miris

6 Juli 2020   16:35 Diperbarui: 6 Juli 2020   16:44 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

GUBERNUR DKI Jakarta, Anies Baswedan seolah ditakdirkan sebagai pimpinan daerah yang kerap dirundung masalah. Boleh jadi hampir seluruh kepala daerah di tanah air juga tak lepas dari adanya masalah. Baik itu terkait kebijakan, kinerja atau hal lainnya.

Hanya saja, masalah Anies ini seperti tak berujung. Dari mulai saat di lantik hingga hampir tiga tahun masa pemerintahannya, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini begitu akrab dengan masalah bahkan kerap cenderung kontroversial.

Tentu saja tidak perlu disebutkan satu per satu, saya yakin pembaca pun sudah paham betul apa saja masalah Anies terdahulu. Akibatnya, perundungan, kririk hingga cacian seolah menjadi hal lumrah.

Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin mengupas masalah yang sedang dihadapi Anies dalam beberapa hari belakangan. Yaitu, terkait adanya protes atas kekecewaan dari para pendukung atau relawannya saat Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 lalu.

Relawan pendukung Anies Baswedan kecewa terhadap jagoan mereka yang saat ini telah duduk manis sebagai pimpinan tertinggi di wilayah Ibu Kota negara. Pangkal masalahnya adalah soal izin reklamasi perluasan Ancol yang diterbitkan Anies.

Relawan yang tergabung dalam Jaringan Warga (Jawara), Forum Lintas Masyarakat Jakarta Utara dan Forum Komunikasi Nelayan Jakarta dengan tegas menolak adanya Keputusan gubernur (Kepgub) nomor 237 tahun 2020.

Kepgub tersebut di atas isinya adalah tentang izin perluasan kawasan reklamasi Dunia Fabtasai (Dufan) seluas 35 hektare (ha) dan kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol seluar 120 ha.

Para relawan menilai, alih-alih Anies menepati janji manisnya, malah berlaku di luar ekspektasi. Mantan Rektor Universitas Paramadhina Jakarta tersebut justeru melanggar janji kampanye pada Pilkada 2017 silam.

Padahal, salah satu alasan kuat mereka menjadi relawan pendukung Anies pada Pilgub 2017 hingga akhirnya mampu mengalahkan pasangan petahana, Ahok-Djarot, adalah adanya janji Anies yang berpasangan dengan Sandiaga Uno untuk menolak mentah-mentah adanya reklamasi.

"Nah ini adalah penyelewengan dari satu janji kampanye di mana janji kampanye itu bukan sembarangan, menurut saya ini adalah satu faktor yang membedakan antara sosok Anies dengan saingan politiknya saat itu. Yang satu mendukung reklamasi, yang satu menolak reklamasi. Itu yang membuat Anies jadi pak gubernur. Ini pak gubernur harus ingat, penolakan reklamasi itulah yang membuat dia jadi gubernur. Nah sekarang dia langgar," kata Ketua Forum Lintas Masyarakat Jakut Sandi Suryadinata di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara, Minggu (5/7/2020). Dikutip dari Detikcom.

Sandi menyesalkan keputusan Anies yang menyetujui adanya reklamasi kawasan Ancol. Ia menyinggung masa-masa dirinya dan para relawan turun langsung ke lapangan untuk mendukung paslon Anies-Sandi saat Pilkada 2017.

Sama halnya dengan Sandi, Koordinator Relawan Jawara Sanny A Irsan juga kecewa. Sebelum Kepgub ini terbit, dia menyebut sosok Anies merupakan idola dari para relawan.

Terakhir, Sanny menilai pihaknya tidak dapat menggugat Kepgub 237. Untuk itu, ia hanya berharap Anies dapat menentukan langkah politiknya untuk mencabut Kepgub ini.

Memang miris situasi Anies saat ini. Setelah sebelumnya banyak pihak termasuk warganet yang mengkritisi setiap kinerja dan kebijakannya. Kini, aksi protes itu justru datang dari para relawan pendukungnya.

Ya, memang sudah menjadi sebuah risiko yang harus diterima Anies Baswedan, jika tidak mampu memenuhi apa yang diinginkan masyarakat. Termasuk janjinya yang tidak bisa ditepati.

Janji Manis Kampanye

Apa yang dirasakan oleh para relawan pendukung Anies Baswedan sebenarnya bukan masalah baru terjadi di tanah air.

Kenapa?

Karena sejatinya telah cukup banyak bukti, yang mengindikasikan ingkarnya para pemimpin daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota. Bagaimana, di beragam media massa, kerap terjadi aksi massa yang memprotes pimpinan daerahnya. Hal itu, tak jarang diakibatkan oleh ingkarnya janji mereka.

Sebagaimana biasa kampanye pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah selalu diramaikan dengan obral janji. Pada umumnya janji yang diumbar adalah berisi harapan tentang kondisi yang lebih baik jika yang bersangkutan bisa meraih kemenangan.

Baik partai politik maupun calon pimpinan daerah kerap menjadikan janji kampanye sebagai senjata ampuh demi meraih simpati rakyat, kemudian mendulang suara sebanyak-banyaknya.

Dalam konteks Pilgub DKI Jakarta 2017, pasangan Anies Baswedan dengan Sandiaga Uno mengumbar janji kampanye yang jumlahnya mencapai 23 poin.  

Salah satu senjata andalannya adalah memberikan "angin surga" terhadap masyarakat DKI yang tidak menyetujui adanya reklamasi di teluk Jakarta.

Seperti dikutip dari detikcom, janji penolakan reklamasasi itu ada dalam poin ke-6. Yang isinya sebagai berikut :

"Menghentikan Reklamasi Teluk Jakarta untuk kepentingan pemeliharaan lingkungan hidup serta perlindungan terhadap nelayan, masyarakat pesisir dan segenap warga Jakarta"

Apa lacur, janji tinggal janji. Janji Gubernur Anies Baswedan nyatanya hanya manis di bibir tapi saat ditagih malah melipir. Dengan kata lain, Anies hanya pandai memanfaatkan momentum.

Dia tahu persis bahwa masyarakat Jakarta banyak yang kurang setuju dengan reklamasi yang dilakukan oleh petahana gubernur kala itu, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok.

Dengan segala kepiawaiannya mengolah kata, Anies seolah muncul sebagai super hero yang paham dan mengerti akan keinginan masyarakat Jakarta.

Sekarang, Anies harus bisa menerima konsekuensinya. Janji manisnya itu berakhir miris. 

Relawan pendukung yang pada saat Pilgub begitu gigih memperjuangkan kemenangan Anies, kini berbalik jadi masyarakat kritis. Sekali lagi, miris.

Salam

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun