Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kekalahan Liverpool Ingatkan Kita tentang Celakanya Rasa Jemawa

5 Juli 2020   00:18 Diperbarui: 5 Juli 2020   01:00 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SAAT itu, di Etihad Stadion markas Manchester City, Jumat (3/7/2020) dini hari, sang juara liga primer Inggris, Liverpool keluar dari lorong menuju lapangan.

Wajah Mohamed Salah dan kawan-kawan berseri-seri di sambut dengan tepuk tangan para pemain Manchester City yang berbaris dua arah saling berhadapan.

Peristiwa tersebut biasa dilakukan oleh tim manapun untuk menyambut atau memberikan penghormatan terhadap tim juara (Guard of Honour).

Saya pribadi sebagai pencinta Liverpool dan kebetulan juga menonton peristiwa tersebut turut merasa bangga. Betapa tidak, bagi The Reds julukan Liverpool mendapatkan guard of honour dikancah liga primer Inggris adalah hal yang sangat langka.

Seperti diketahui, guard of honour di Etihad Stadion itu adalah hal perdana yang bisa dirasakan The Reds setelah terakhir kali merasakannya pada 30 tahun silam. Saat kompetisi masih bernama liga inggris Divisi 1.

Sayang, kebanggaan saya sebagai pencinta fanatik The Reds tidak berlanjut di lapangan pertandingan. Pasukan Jurgen Klopp bermain seolah tanpa nyawa, tanpa semangat dan seperti anak SSB yang baru mengenal sepak bola.

The Citizens julukan Manchester City yang biasanya kewalahan jika melawan Liverpool dalam beberapa pertandingan terakhir, kali ini bermain penuh determinasi. Aliran bola khas racikan Pep Guardiola bisa diterjemahkan dengan baik oleh para punggawanya di lapangan.

Sebaliknya, The Reds seolah kebingungan. Permainan yang penuh semangat serta tanpa kenal lelah ala racikan Jurgen Klopp tidak tampak sama sekali. 

Intinya, Liverpool bermain jauh dari level terbaiknya. Alhasil merekapun hancur dengan skor sangat telak, empat gol tanpa balas.

Keempat gol The Citizens masing-masing disarangkan oleh Kevin De Bruyne, Raheem Sterling dan Phil Foden. Sedangkan satu gol lainnya dicetak lewat gol bunuh diri Alex Oxlade-Chamberlain.

Benar kekalahan telak dari Manchester City tersebut tidak mengubah apapun. Mohamed Salah dan kawan-kawan masih tetap sebagai juara liga primer inggris musim 2019/2020.

Kepastian The Reds meraih gelar liga kasta tertinggi yang ke-19 di negeri Ratu Elizabeth itu justru atas sumbangsih Manchester City yang takluk dari tuan rumah Chelsea, 1-2 di pekan ke-31.

Sementara sebelumnya di pekan yang sama, pasukan Jurgen Klopp ini mampu menaklukan perlawanan Crystal Palace dengan skor telak, 4-0, sehingga membuat jumlah poin mereka di klasemen menjadi 86.

Sedangkan dengan kekalahan dari tuan rumah Chelsea, jumlah poin The Citizens sebagai pesaing terdekat The Reds tak beranjak dari 63 poin.

Dengan begitu, poin Liverpool sudah tidak mungkin terkejar lagi. Dan, Sadio Mane cs pun berhak merayakan gelar juara lebih dini.

Rasa Jemawa Hancurkan The Reds
Kembali pada kekalahan yang dialami Liverpool pada pekan ke-32 oleh The Citizens. Sebenarnya bukan perkara kekalahannya yang saya sesalkan. Bagaimanapun dalam sebuah kompetisi atau laga, kalah dan menang adalah hal lumrah.

Hanya saja, jika saya perhatikan. Saat pertandingan melawan Manchester City, Liverpool seolah telah dimabukan oleh euforia juara yang diraih pada pekan sebelumnya.

Sehingga ketika datahg ke Etihad Stadion, Mohamed Salah san kawan-kawan seperti jemawa, bahwa merekalah penguasa liga primer musim ini. Akibatnya permainan merekapun tak sengotot biasanya. Dan akhirnya harus dipermalukan tim tuan rumah dengan skor mencolok.

Ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua, dimanapun dalam kehidupan apapun, bahwa janganlah sesekali memiliki sipat jemawa atau percaya diri berlebihan. Karena dampaknya akan buruk bagi kita sendiri.

Seperti halnya Liverpool yang hancur lebur oleh Manchester City. Sebuah keniscayaan, kita pun akan mengalami nasib serupa jika sipat jemawa bersemayam dalam diri.

Masih Punya Peluang Ciptakan Rekor
Pasca kekalahan dari Manchester City, The Reds masih memiliki enam laga sisa. Itu artinya masih ada 18 poin tambahan yang bisa diperoleh oleh pasukan Jurgen Klopp dimaksud.

Dengan kata lain, Liverpool masih memiliki peluang untuk menciptakan rekor baru sebagai tim peraih poin terbanyak dalam satu musim kompetisi.

Sementara rekor poin terbanyak ini masih dipegang oleh dua tim asal Manchester. Yaitu, Manchester City dan Manchester United dengan 100 poin.

Jika mampu memaksimalkan enam laga sisa, maka jumlah poin Liverpool akan menjadi 104 poin. Sebuah rekor baru bagi liga primer inggris.

Buruk-buruknya, dari 18 poin yang masih bisa dikejar, Liverpool cukup mendapatkan 15 poin saja. Hal ini sudah cukup untuk mengangkangi torehan rekor duo Manchester tersebut. Karena saat itu jumlah poin Liverpool menjadi 101.

You never walk Alone, The Reds!

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun