Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ahok Menggeser Erick Tohir, Hoaks atau Jadi Realita?

2 Juli 2020   19:37 Diperbarui: 2 Juli 2020   20:16 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Cuy, baca tuh pesan WhatsApp-ku! Sibuk-sibuk amat sih,"

TADI siang, salah seorang sahabat saya mengontak lewat phone call WhatsApp karena pesannya tidak dibaca-baca. Memang, saya tadi siang saya sedikit sibuk hingga tidak sempat membaca beberapa pesan yang masuk.

Setelah menerima telpon, saya pun jadi penasaran. Apa isi pesan yang dikirimkan sahabat saya tersebut, sehingga sedikit memaksa agar segera dibacanya.

Setelah dibaca, ternyata isinya sekadar daftar perkiraan calon para pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) jika reshuffle terjadi.

Jujur, sebenarnya saya kurang antusias juga membaca daftar perkiraan calon para menterinya Jokowi jika terjadi reshuffle. Saya berpikir itu hanya hoax atau hasil rekayasa iseng pihak-pihak tertentu saja.

Tidak sempat saya baca semua isi daftar perkiraan calon menteri tersebut. Memang, tidak ada niat untuk membacanya juga. Ngapin? Masa iya, data sepenting itu bisa bocor.

Saya pun putuskan untuk langsung membalas pesan WhatsApp si pengirim pesan.

Thank, Bro. Informasinya mantap," balas saya, bas-basi.

Eh, tak lama kemudian, dia kembali membalas pesan WhatsApp-ku.

"Cuy, apa bener, Ahok bakal jadi Menteri BUMN? Tuh, di daftarnya seperti itu!"

Membaca pesannya kali ini, jujur saya jadi penasaran dan coba schrol up. Setelah benar-benar dibaca, ternyata benar. 

Di daftar itu tertulis bahwa Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok menduduki jabatan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMB). Sementara Erick Tohir sendiri menjadi Menteri Perdagangan.

Screensot WhatsApp
Screensot WhatsApp
Saya yang tadinya cuek bebek jadi dipaksa berpikir. Apa benar Ahok bakal menggusur Erick Tohir? Kenapa bisa begitu, bukankah selama ini mantan bos Inter Milan ini dianggap sebaga menteri dengan kinerja terbaik.

Setelah coba memeras otak (ciee kaya yang betul), saya coba untuk sedikit berhipotesis. Setidaknya ada dua alasan, kenapa Erick Tohir terpaksa diganti. 

Sengaja saya pakai kata "terpaksa" karena saya masih percaya kalau sebenarnya Presiden Jokowi masih membutuhkan tenaga dan pikiran Erick Tohir di Kementrian BUMN.

Pertama, belakangan Erick Tohir kerap bersinggungan dengan politisi PDI Perjuangan sekaligus Anggota Komisi I DPR RI, Adian Napitupulu.

Seperti diketahui dan kerap menjadi pemberitaan di media massa, mantan aktivis'98 ini belakangan getol menyerang Erick Tohir. Ada dua serangan Adian terhadap bos Mahaka ini dalam waktu yang berdekatan.

1. Adian pernah mempertanyakan masalah pernyataan Erick, tentang mafia alat kesehatan guna penanganan Pandemi Covid-19. Pertanyaan Adian ini disampaikan lewat sebuah surat terbuka yang bertajuk, Jujur Saja Siapa Mafianya Pak Menteri?

Dalam surat terbuka dimaksud, Adian sepertinya ingin menegaskan bahwa sebenarnya yang mendominasi impor alat kesehatan (Alkes) itu justru BUMN sendiri.

2. Surat terbuka Adian kali ini bertajuk BUMN dan UMKM Dalam Cerita dan Angka, Siapa Pahlawan Sesungguhnya?

Anggota Komisi I DPR RI ini menyoroti cara Erick dalam mengelola BUMN, terutama dalam penempatan jajaran pejabat di berbagai perusahaan pelat merah tersebut.

Tak hanya itu, Adian juga menyentil terkait besarnya hutang BUMN sekitar Rp. 5600 triliun. Jumlah ini jauh lebih besar daripada utang luar negeri Malayasia yang hanya Rp. 3.500 triliun

Nah, dalam pandangan sederhana saya, jika Erick Tohir masih tetap pada jabatan yang sama, bukan tidak mungkin serangan Adian terhadapnya makin menjadi. Dan ini tidak akan sehat bagi pemerintahan Jokowi.

Kedua, masih ada kaitannya denga poin pertama. Adian juga sempat menyingung bahwa Erick Tohir sudah mulai "main-main" di ranah politik sebenarnya.

Dalam hal ini, Erick dinilai punya syahwat politik menuju pencalonan pemilihan presiden 2024.

Bukan tidak mungkin, jika Erick Tohir dibiarkan terus menjabat Menteri BUMN, dalam tiga atau empat tahun ke depan elektabilitasnya akan terus menanjak. Dan ini akan menjadi ancaman bagi kandidat-kandidat lainnya yang sudah lebih dulu digadang-gadang bakal maju.

Untuk menjegal elektabilitas Erick, boleh jadi ada yang "membisiki" Presiden Jokowi agar menggeser posisinya.

Adapun pembisiknya, bisa dari partai yang kerap menyerangnya atau bisa juga dari pihak-pihak lain yang memiliki kemampuan mempengaruhi Presiden Jokowi.

Mungkin itulah hipotesa sederhana saya, tentang alasan bergesernya posisi Erick Tohir. Kendati begitu, kembali saya tekankan bahwa digeser atau tidaknya Erick Tohir tentu saja menjadi kewenangan Presiden Jokowi.

Lagipula, daftar-daftar calon menteri yang dikirimkan tadi siang, saya kira kebenarannya masih perlu dipertanyakan.

Hentikan Bola Liar

Sehari setelah munculnya unggahan video "Jokowi Jengkel", hingga berujung pada ancaman reshuffle kabinet pada Minggu (28/06/2020). Beragam spekulasi nama-nama yang layak digantikan muncul di media massa.

Tak sedikit pengamat yang mengatakan bahwa mentri A, B, C dan seterusnya layak di reshuffle dengan alasan ini dan itu.

Jamak jika beragam prediksi atau spekulasi ini muncul ke permukaan. Mereka yang berani memprediksi hal tersebut, saya kira didasari hasil amatan, analisa dan bahkan catatan tentang kinerja para menteri Jokowi selama ini.

Tapi, saya berharap isu atau spekulasi tersebut tidak terus menjadi bola liar. Sebab, jika terus dibiarkan khawatir justru akan berdampak buruk bagi kinerja para menteri Jokowi.

Alih-alih kemarahan Jokowi ini bisa melecut kinerja para menterinya, yang ada malah konsentrasi mereka terganggu dengan banyaknya isu atau spekulasi di lapangan.

Untuk itu, saya kira Presiden Jokowi harus memberikan kepastian terhadap masyarakat. Apakah reshuffle ini bakal segera diwujudkan atau malah sebenarnya gertak sambal belaka.

Satu lagi, tentang tergusurnya posisi Erick Tohir oleh Ahok itu hanya hoax atau malah jadi kenyataan? Tentu saja Jokowi sendiri yang layak menjawabnya.

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun