Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mencari Alasan Kenapa Video "Jokowi Jengkel" Harus dan Lambat Diunggah

1 Juli 2020   19:57 Diperbarui: 1 Juli 2020   19:47 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti diduga Hendri, dalam kurun waktu 10 hari itu dimanfaatkan Presiden Jokowi guna melakukan pertemuan dengan para pimpinan parpol. Hal ini jamak dilakukan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Kenapa?

Sebagai presiden yang didukung oleh partai politik, tentu saja sudah menjadi keharusan bagi Jokowi untuk mendiskusikan segala rencana dan kebijakannya termasuk mungkin rencana reshuffle terhadap para pimpinan parpol.

Jika memang dalam pertemuan itu adalah rencana reshuffle yang dibahas. Jokowi pastinya mendiskusikan tentang alasan adanya reshuffle sekaligus boleh jadi siapa kandidat penggantinya. 

Hal seperti ini jelas perlu disampaikan sedari awal. Sebab kalau tidak, Jokowi bakal dianggap sebagai presiden yang tidak tahu balas budi dan lain sebagainya.

Jika ini terjadi bakal ada disharmonisasi antara Presiden Jokowi dengan para pimpinan parpol. Akibatnya, akan berat bagi Jokowi menjalankan sisa masa jabatannya.

Alasan lain kenapa video tersebut diunggah, saya melihatnya bahwa Jokowi ingin masyarakat tahu dan paham situasi negara saat ini sekaligus secara tidak langsung minta dukungan pada publik bahwa dia sebenarnya telah berusaha sekuat tenaga menjalankan amanahnya sebagai presiden termasuk dalam hal penanganan pandemi covid-19.

Dia berharap, bagi masyarakat yang selama ini kerap menilai bahwa dirinya tidak serius dalam penanganan virus corona bisa mengerti dan mulai menghilangkan pikirannya yang menganggap pemerintah terutama Jokowi tidak serius menangani wabah virus asal Wuhan, China tersebut.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun