Namun, isu ini mudah dimentahkan. Presiden Jokowi sudah tidak perlu pencitraan politik. Mengingat dia sudah tidak memiliki kepentingan apapun, karena sudah tidak akan lagi mencalonkan diri sebagai presiden pada Pilpres 2024.
Tak sedikit pula yang percaya, bahwa Presiden Jokowi memang sudah benar-benar jengkel terhadap kinerja para menterinya yang tidak tampak terobosan-terobosan luar biasa untuk menangani pandemi virus corona. Sebaliknya, masalah demi masalah malah lebih mendominasi.
Pakar politik sekaligus Founder lembaga survei Kedai KOPI, Hendri Satrio melihat ada dinamika politik sebelum video itu 'diumumkan' ke publik. Dia menduga Jokowi melakukan komunikasi dengan para ketua umum partai koalisi selama sepuluh hari ini.
"Nah sepuluh hari dipakai Jokowi untuk menyelesaikan pekerjaan rumah politiknya untuk ngobrol sama ketua umum parpol koalisi," kata Hendri, (1/07/20). Dikutip dari detikcom.
"Jadi seharusnya sekarang Jokowi sudah siap melakukan reshuffle kabinet, harus berani kalaupun mereshuffle menteri asal parpol," pungkasnya.
Seperti halnya Hendri, saya juga merasa bahwa diunggahnya video "Jokowi Jengkel" bukan tanpa tujuan. Pasti tersembunyi maksud di dalamnya.
Saya menilainya, unggahan video "terlambat" ini sengaja untuk memancing reaksi rakyat atau testing the water atas sikap yang diperlihatkan Presiden Jokowi pada sidang kabinet paripurna lalu.
Jika memang respons masyarakat positif dengan adanya wacana reshufle, bukan tidak mungkin hal itu akan segera dia lakukan tanpa ada keraguan. Toh, Presiden Jokowi telah paham bahwa rakyat berada di belakangnya, jika pasca reshuffle terjadi tekanan politik cukup kuat menyerangnya.