Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Simpatisan PDIP Ancam Serang Balik, Jubir PA 212 : Ente Jual Ane Borong!

28 Juni 2020   00:17 Diperbarui: 28 Juni 2020   00:17 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AKSI demo massa yang tergabung dalam Persaudaraan Alumni (PA) 212, di Depan Gedung DPR/MPR, pada Rabu (24/06/2020), seperti banyak beredar di beragam media massa, diwarnai aksi pembakaran bendera kebanggan PDI Perjuangan.

Spekulasi tentang alasan terjadinya pembakaran terhadap lambang kehormatan partai berlambang banteng gemuk moncong putih itu adalah kekeuhnya PDIP yang ingin melanggengkan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) tetap dibahas oleh para anggota dewan yang duduk di Gedung Parlemen, Senayan Jakarta.

Padahal dua kelompok islam besar di tanah air, Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah, sejak awal jelas-jelas telah menolak adanya pembahasan RUU HIP dimaksud.

Mereka menganggap, RUU HIP tersebut akan sangat mengancam keberlangsungan ideologi pancasila yang sudah menjadi dasar Indonesia sejak 1945 silam. Dalam salah satu klausulnya terdapat konsep Trisila dan Ekasila serta frasa 'Ketuhanan yang Berkebudayaan'.

Konsep dan frasa tersebut inilah yang menjadi kontroversi dan mendapatkan tentangan keras dari publik hingga sejumlah ormas islam. Hingga puncaknya terjadi aksi demo massa di depan Gedung DPR/MPR dan berujung pada pembakaran bendera PDI Perjuangan.

Pancing Kemarahan Kader PDIP

Bagi organisasi, komunitas maupun negara yang memiliki bendera, hampir dipastikan akan menganggap bendera tersebut sebagai benda sakral.

Bahkan tak jarang, menganggap bendera itu sebagai lambang kehormatan yang akan dijaga dan dipertahankan sekuat tenaga, meski istilahnya harus mengorbankan nyawa.

Maka, jika ada pihak-pihak yang melecehkan benderanya bahkan sampai membakarnya, itu berarti telah pula menghina dan mencabik-cabik kehormatan si pemilik bendera.

Pun dengan seluruh kader PDIP, langsung menunjukan kemarahannya saat bendera kebesarannya dibakar oleh kelompok yang melakukan aksi demo massa pada tanggal 24 Juni lalu.

Beruntung, Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarno Putri tidak langsung terpancing emosinya dengan cara mengerahkan seluruh kadernya yang tersebar di seantero tanah air untuk menyerang balik pelaku pembakaran.

Mantan Presiden Republik Indonesia ke-5 ini bisa mengendalikan emosinya dan mampu bersikap tenang serta bijaksana. 

Megawati hanya menyarankan kadernya melalui surat perintah yang diedarkan ke seluruh dewan pengurua se-Indonesia untuk merapatkan barisan saja dan menyerahkan sepenuhnya peristiwa pembakaran bendera PDIP pada aparat hukum.

Sikap yang dipertontonkan oleh Megawati ini patut diapresiasi. Sebab, jika dia terpancing emosinya, bukan tidak mungkin bakal terjadi kerusuhan dan kericuhan hingga mengakibatkan bentrokan sesama anak bangsa.

Sebagaimana diketahui, kader PDIP sangat banyak dan tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akan sangat mudah bagi Megawati jika ingin membalas dendam atas perlakuan kelompok pembakar bendera partainya.

Untuk itu, sejujurnya penulis tak segan untuk mengucapkan terimakasih dan salut terhadap puteri paling tua bapak pendiri Bangsa Indonesia, Bung Karno. Berkat ketenangan dan kematangan mentalnya, sejauh ini Indonesia masih bisa aman dan terkendali.

PA 212 Tak Gentar

Pembakaran bendera PDIP saat demo massa pada tanggal 24 Juni lalu, seperti sudah dibahas di atas sempat memantik kemarahan para kader PDIP. 

Namun begitu, kemarahan "para banteng" ini nyatanya tidak membuat gentar pelaku demo yang diduga teegabung dalam kelompok PA 212.

Bahkan, juru bicara PA 212, Novel Bamukmin mengklaim, pihaknya sedang mempersiapkan skenario untuk menyambut serangan balik itu.

"Buat PDIP ente jual ane borong, ente borong ane obral," kata Novel Bamukmin Sabtu, 27 Juni 2020. Dikutip dari Tagar.id.

Novel membantah pihaknya membakar bendera PDIP. Menurut mantan Sekretaris Jenderal DPD Front Pembela Islam (FPI) Jakarta ini, PDIP keliru menyimpulkan aksi pembakaran.

"Nggak ada bendera yang dibakar," ucapnya.

Terkait adanya rencana pihak PDIP akan melaporkan kasus pembakaran bendera. Novel berharap aparat kepolisian menolaknya. Katanyanya, laporan PDIP keliru karena peserta demonstrasi tidak membakar bendera partai berlambang banteng itu.

"Pelaporan harus memenuhi dua alat bukti yaitu saksi dan barang bukti. Sedangkan bendera PDIP tak satupun hilang atau diambil dan tidak pelaporan kehilangan bendera," ujarnya.

Masih dikutip Tagar.id, benda yang dibakar dan direkam video itu, kata dia, hanyalah lembaran plastik. Ia bilang, memang ada gambar yang mirip kepala banteng tapi bukan lambang bendera PDIP. 

"Jadi jelas bukan bendera dan kami anggap sangat berlebihan pelaporannya," ujar Novel Bamukmin.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun