Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Marahnya Banteng, Saat Kehormatannya Dibakar

25 Juni 2020   15:51 Diperbarui: 25 Juni 2020   15:55 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

INISIATIF Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk membahas Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) rupanya memantik kemarahan publik. Terutama datang dari ormas Islam.

Seperti diketahui, dua ormas islam besar yang ada di tanah air, Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah, sejak awal jelas-jelas menolak kalau RUU HIP diteruskan.

Saat NU dan Muhamadiyah sebagai referesentasi dari omas-ormas islam lain di Indonesia menunjukan ketegasannya menolak RUU HIP, sontak membakar semangat organisasi-organisasi satu haluan untuk turut menyatakan sikap serupa.

Mereka menganggap, RUU HIP tersebut akan sangat mengancam keberlangsungan ideologi pancasila yang sudah menjadi dasar Indonesia sejak 1945 silam.

Dalam salah satu klausulnya terdapat konsep Trisila dan Ekasila serta frasa 'Ketuhanan yang Berkebudayaan'.

Konsep dan frasa tersebut yang akhirnya langsung menjadi kontroversi dan mendapatkan tentangan keras dari publik hingga sejumlah ormas. Dan PDIP yang terlambat berkelit, menjadi sasaran tembaknya.

Puncak dari rasa marah, rasa khawatir dan resah terjadi kemarin, Rabu (24/6/2020). Ribuan umat islam melakukan aksi demo dan bersatu dalam satu ikatan sikap menolak tegas RUU HIP di depan Gedung DPR RI.

Sayang, dalam demo tersebut diwarnai dengan aksi pembakaran bendera PDIP yang merupakan kehormatan partai berlambang banteng gemuk moncong putih.

Terang saja, mendapati kehormatan partainya dibakar sedemikan rupa, tak bisa diterima oleh para petinggi dan kader PDIP. Mereka akan membawa peristiwa tersebut ke ranah hukum.

Bahkan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) yang juga mantan Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo, dengan tegas meminta pengurus anak ranting, DPC, DPD dan fraksi PDIP di parlemen mendatangi polisi untuk menuntut pengusutan kasus pembakaran bendera partainya.

"Mensikapi pembakaran bendera PDI Perjuangan saat demo di DPR, pengurus anak ranting, DPC, DPD, dan fraksi PDI Perjuangan se-Indonesia wajib menyampaikan, dan mendatangi, (untuk) menyampaikan permintaan kepada Polres dan Polda se Indonesia untuk mengusut, menangkap, dan memproses secara hukum pembakar bendera partai," kata Tjahjo, Kamis (25/6). Dikutip dari Merdeka.com.

Tjahyo menilai, bendera adalah lambang partai yang harus dijaga kehormatannya.

"Karena bendera adalah lambang partai yang harus dijaga kehormatannya oleh anggota dan kader partai," tegas Tjahjo.

Sebelumnya, masih dikutip dari Merdeka.com, DPP PDIP menyesalkan aksi yang dipandang provokatif tersebut. Adapun, mereka akan mengambil langkah hukum atas ulah tersebut.

"Karena itulah mereka yang telah membakar bendera Partai, PDI Perjuangan dengan tegas menempuh jalan hukum. Jalan hukum inilah yang dilakukan oleh PDI pada tahun 1996, ketika pemerintahan yang otoriter mematikan demokrasi," kata Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, Rabu (24/6) malam.

Dia menegaskan, PDIP merupakan partai militan, yang mempunyai basis akar rumput yang kuat. Meski demikian, semua kader tak terpancing dengan sikap tersebut.

PDIP Dituduh Dukung RUU HIP

Seperti sedikit dikupas di paragraf awal, bahwa inisiatip RUU HIP ini datang dari lembaga perwakilan rakyat yang duduk di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta. 

Hanya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat yang menolak atas rencana tersebut. Selebihnya, partai-partai yang ada di DPR telah sepakat untuk membahas RUU HIP ini menjadi Undang-Undang.

Belum juga rencana tersebut dibahas, hampir seluruh umat islam di tanah air serentak bersatu menolak. Dampaknya, ada beberapa partai cari aman. Satu per satu balik kanan dan cuci tangan sebagai inisiator RUU HIP. Mereka tidak ingin di cap sebagai partai yang tidak aspiratif.

Entah apa agenda politik PDIP. Di saat partai lainnya berubah haluan, partai berlambang banteng gemuk moncong putih masih tetap pada sikanya untuk mendorong RUU HIP tetap jadi pembahasan.

PDIP berdiri sendiri dan akhirnya menjadi sasaran empuk pihak-pihak yang sejak awal menolak adanya pembahasan RUU HIP. Dan, tak bisa dihindari, merekapun harus kembali berhadapan head to head dengan kelompok islam sendirian.

Serangan kelompok islam ini semakin mendapat asupan energi luar biasa setelah entah dari mana datangnya, ada pihak-pihak lain di media sosial yang ikut menyelam di air keruh. Mereka turut menyerang dan menyudutkan PDIP.

Tidak tanggung, wargananet atau netizen tersebut langsung dengan tegas memunculkan tagar yang sarkasme. 

Yaitu, #TangkapMegawatiBubarkanPDIP. Bahkan, tagar ini sempat posisi puncak sebagai tagar yang paling ramai dibicarakan di linimasa twitter.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Menarik kita tunggu. Namun, rasanya tidak menutup kemungkinan jika percikan-percikan api yang terjadi pada demo kemarin akan semakin membesar jika semua pihak tidak bisa meredam amarahnya masing.

Penulis hahya bisa berharap, otak boleh panas tapi hati tetaplah dingin. Dengan begitu, mudah-mudahan segala permasalah bisa diselesaikan dengan baik.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun