Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lagi Susah Ingat Allah, Waktu Senang ke Mane Aje?

19 Juni 2020   20:18 Diperbarui: 8 April 2021   08:53 2799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi seorang manusia yang sedang menghadapi kesulitan. (sumber: pexels)

"Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo'a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya" (QS. Yunus: 12).

SALAH satu ayat Al-Quran di atas jelas merupakan tamparan atau sindiran bagi kita umat manusia, yang memang tak bisa dipungkiri hanya mengingat Allah dikala hati sedang gundah gulana, jiwa diterpa segala marabahaya, lalu terpojokan pada posisi yang teramat sulit.

Siapa manusia itu? Tidak akan munafik, penulis adalah salah satunya. Namun begitu, pada kesempatan kali ini tak elok kalau penulis harus membuka aib pribadi.

Sebelumnya maaf!. Dalam kesempatan ini penulis ingin menceritakan kehidupan seseorang yang selama ini sangat dekat dalam kehidupan penulis. 

Dia adalah mantan anggota DPRD Sumedang dua periode berturut-turut. Yakni, 2009-2014 dan 2014-2019. Sayang pada pemilihan anggota legeslatif untuk periode 2019-2024, dia tak terpilih lagi.

Siapa dia? Tentu saja tidak akan penulis sebutkan identitas dirinya. Dalam hal ini cukup penulis sebut Mr. Y.

Semenjak tidak lagi menjadi anggota dewan, si Mr. Y ini kerap berkomunikasi dan bahkan sering singgah ke rumah sekedar untuk bertukar pikiran. Sesekali juga berdiskusi tentang konstalasi politik lokal Sumedang. Maklum, dia adalah mantan anggota dewan.

Setelah lebih dari tiga kalinya datang ke rumah dan banyak mengobrol. Penulis baru sadar bahwa ada perubahan sangat mendasar dari Mr. Y ini.

Dia yang biasa seenaknya kala berbicara bahkan cenderung kurang sopan dalam bersikap (menurut ukuran penulis), serta suka pamer kesuksesan diri meski dikemas dengan gaya yang tampaknya seolah tidak sedang menonjolkan kelebihannya. 

Saat terakhir bertemu semua itu nyaris tak terlihat lagi.

Awalnya heran saja. Namun lama kelamaan, rasa penasaran penulis tak mampu dibendung. Maka diputuskan untuk bertanya.

Dengan sangat berhati-hati, penulis coba bertanya tentang adanya perubahan sikap dari Mr. Y tersebut. Meski sebenarnya khawatir juga dia tersinggung.

Subahanallah, ada rasa kaget campur bahagia ketika mendapat jawaban dari rasa penasaran tadi. Mr. Y dengan tenangnya menjawab bahwa dia sedang berusaha jadi manusia lebih baik.

"Doakan saja saya bisa istiqomah. Saya malu dengan kehidupan lalu (waktu masih jadi anggota dewan. Red)".

Dengan jawaban itu, penulis hanya ikut mendoakan bahwa apa yang diucapkannya itu benar-benar keluar dari hatinya.

Kemudian dia menceritakan, semenjak dirinya tidak terpilih lagi jadi anggota dewan banyak mempunyai hutang di sana-sini bekas pencalonannya yang gagal.

Hingga akhirnya beberapa aset yang dimiliki terpaksa harus dijual demi menutupi utang-utangnya. Pendek kata, kehidupan Mr. Y kembali lagi jadi Nol. Persis sebelum dirinya jadi anggota dewan.

Kondisi ini sempat membuatnya depresi dan seolah mau gila. Namun, untungnya Mr. Y cepat sadar. Jika dia terus memikirkan dunia, maka dirinya akan semakin depresi serta gila. Untuk itu jalan satu-satunya hanyalah mendekatkan diri pada Sang Maha Pencipta.

Berkat bimbingan seseorang yang dituakan olehnya, perlahan-lahan Mr. Y mulai bisa mengikhlaskan bahwa harta serta jabatan yang pernah dia miliki hanyalah titipan semata. Dia pun sekarang sudah bisa menemukan ketenangan hati.

Mr. Y pun menyesal bahwa sewaktu dirinya masih memiliki harta dan jabatan benar-benar telah dibutakan. Bergaul sebebasnya, berprilaku seenaknya hingga maaf, seringkali makan duit yang semestinya bukan hak dia. Dan yang pasti, dia sangat jauh dengan Allah SWT.

Begitulah pengakuan Mr. Y. Dia baru mengingat Sang Maha Pencipta di kala dirinya sedang dalam kesusahan. Tapi, di saat sedang dalam posisi serba ada, kehidupannya dihabiskan dengan menuruti hawa nafsu.

Renungan Diri

ilustrasi seorang manusia yang sedang merenungkan diri. (sumber: cutewallpaper.org)
ilustrasi seorang manusia yang sedang merenungkan diri. (sumber: cutewallpaper.org)
Sekali lagi, apa yang penulis ceritakan di atas tidak bermaksud untuk mengumbar aib seseorang. Sama sekali tidak.

Dalam hal ini penulis hanya ingin berbagi kisah. Semoga saja kisah ini bisa menjadi renungan diri kita semua, khususnya penulis. Bahwa hidup itu tidak selamanya jaya. Ada kalanya kita harus terjerumus pada jurang kesulitan dan kesusahan.

Siapa tahu, dengan kisah tadi, kita lebih sadar diri. Sebagai hamba yang senantiasa menikmati pemberian Allah, kita sejatinya terus mengingatNya setiap saat dan berdoa.  

Bukan hanya penting di kala susah, di kala senangpun, mendekatkan diri dan berdoa padaNya sangat penting. 

Apalagi tidak sedikit orang yang tiba-tiba mengalami sesuatu yang tidak diharapkan, bahkan ketika sedang menikmati kesenangan. Seperti halnya ketika terjadi suatu bencana.

Juga, mengingat Allah dan berdoa bisa membantu memperoleh petunjukNya tentang hidup yang benar dalam suasana bagaimanapun. 

Lebih-lebih kita manusia hanyalah hamba-hamba yang dhaif, yang pasti tak cukup kemampuan untuk mengarungi perjalanan hidup ini dengan benar, tanpa petunjuk dari Allah.

Baca Juga: Cobaan sebagai Tanda Allah Sayang dan Peduli terhadap Hamba-Nya

Kadangkala sesuatu yang dirasakan susah, serta-merta dianggap sebagai suatu keburukan atau kesialan.

Padahal, tak jarang, kesusahan bisa mengajak setiap insan untuk lebih sabar dalam menunggu suatu proses kepada suatu keadaan yang lebih baik.

Untuk itu, jangan sampai di kala senang kita serta merta melupakan Allah dan tidak berdoa. Sebab, tidak tertutup kemungkinan kesenangan yang  dinikmati akan membuai. 

Juga melupakan yang seharusnya penting diingat dan mengingat apa yang seharusnya amat penting dilupakan.

Makanya tidak sedikit orang yang lupa diri di kala sedang menikmati kesenangan dunia, seakan-akan tiada akhirnya. 

Padahal tanpa disadari, saat itulah sedang masa-masa menurun dalam hidupnya. Bukan hanya menurun kemampuan dan kemauan untuk berpikir, tetapi juga menurun taraf keimanannya.

Jadi, intinya marilah kita senantiasa berserah diri kepadaNya, baik dikala susah maupun senang. Ingat, hidup di dunia ini tidak abadi.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun