Thailand dan Vietnam seolah menjadi dewi fortuna Indonesia khususnya dalam hal beras. Celakanya kini, kedua negara ini telah membatasi ekspor beras mereka ke negara lain.
Motifnya sederhana, beras tersebut dipakai untuk memberikan makan rakyatnya. Karena baik Thailand maupun Vietnam sedari awal kejadian Corona di Wuhan telah mengkarantina wilyahnya.
Implikasinya, pemerintah Vietnam harus memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya agar tidak kelaparan. Negara penyetok pangan kini membatasi pengiriman (ekspor) beras ke Indonesia. Alhasil kelangkaan beras pun pasti akan terjadi. Dan yang terburuknya adalah krisis pangan tak terhindurkan.
Lantas bagimana nasib Indonesia sekarang? Apakah petani di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan kita saat Corona menyerang?
Alih Profesi Petani dan Sawah Jadi Jalan Tol
Lahan pertanian Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami penurunan. Musababnya pun beragam. Salah satunya adalah pembangunan jalan tol yang dibanggakan pemerintah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat diwancarai CNN Indonesia pada akhir Oktober 2018 lalu menjelaskan, berkurangnya lahan pertanian akibat banyak petani yang menjual lahannya untuk kegunaan lainnya seperti industri, pembangunan jalan tol, hingga properti.
Alhasil laporan BPS tahun 2018 menunjukan, jumlah lahan pertanian berkurang sebanyak 650 ribu hektar atau dari 7,75 juta hektar menjadi 7,1 juta hektar.
Penemuan lain juga dilaporkan oleh Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) yang dipublish pada april 2019 lalu dengan judul "Tol Terbilang, Sawah Hilang: Harga Mahal Trans Jawa".
Dalam laporan tersebut IDEAS menyebutkan, sepanjang tahun 2015 hingga 2018 tercatat 680,4 Km jalan tol di Jawa yang telah dibangun. Sebagian besar jalan tol tersebut dibangun diatas lahan pertanian, terutama sawah. Lahan sawah yang dikorbankan untuk pembangunan jalan tol tersebut seluas 4.457 hektar.
Tak berhenti sampai di sini, ambisi pemerintah dalam membangun jalan tol pada periode 2019 hingga 2021 (saat ini dalam proses konstruksi) mencapai 766,1 km. Angka 766,1 km ini pun harus dibayar dengan hilangnya lahan pertanian (sawah) seluas 9.475 hektar.