Mohon tunggu...
Semprianus Mantolas
Semprianus Mantolas Mohon Tunggu... Jurnalis - Pecandu Kopi

Baru belajar melihat dunia, dan berusaha menyampaikannya melalui simbol (huruf)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Tanyakan Pada Rumput, Tanyakan Saja Pada Z-Alert!

18 Maret 2017   03:30 Diperbarui: 18 Maret 2017   12:00 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Kawan coba dengar apa jawabnya, ketika ia kutanya mengapa. Bapak Ibunya telah lama mati, ditelan bencana badai ini. Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita 

.... Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang"

Hanya gitar yang sanggup menemani perjalanan pria paruh baya itu. Dengan tubuh yang terguncang, ia menyaksikan rerumputan yang tak sehijau dulu. Kekeringan terjadi dimana-dimana, hingga sang gembala pun ikut merugi. Pria itu berusaha untuk menyampaikan kepada teman-temanya, tetapi apa daya mereka tak duduk bersama dengannya. Ia ingin sampaikan bahwa telah terjadi bencana alam -kekeringan- yang besar (saking besarnya, ia mempersalahkan Tuhan dan Alam) sehingga mereka harus waspada. Bahkan tak segan-segan ia bertanya pada rumput, apakah mereka bosan dengan manusia?

Perjalanan visualisasi ini kemudian digubah menjadi sebuah lagu dengan judul "Berita Kepada Kawan". Pria paruh baya yang melakukan perjalanan visualisasi ini kemudian dikenal dengan nama Ebiet G. Ade.

Siapa yang mengira perjalanan visualisasi Ebiet dialami secara langsung oleh Zainal Mustofa, warga Cimanuk, kabupaten Garut, Jawa Barat. Bila perjalanan yang dialami Ebiet adalah kekeringan, perjalanan Zainal adalah kebalikannya. Tepatnya "banjir bandang"

Banjir Bandang Garut

Hari itu, Selasa (20/9/2016) banjir bandang menyerang kabupaten Garut, tepatnya daerah Aliran Sungai Cimanuk. Zainal yang rumahnya hanya berjarak 30 meter dari pinggir sungai menjadi sasaran empuk bagi banjir. Kepada hidayatullah Zainal bersaksi bahwa saat itu rumahnya telah terendam banjir setinggi betis dan terus meninggi. "Airnya cepat sekali, satu menit bertambah satu meter," kata Zainal.

Dengan sigap ia pun berusaha menyelamatkan istri dan anaknya. Tak mau kalah dengan banjir, ia pun menaikan anak dan istrinya ke atas bumbungan rumah. Nampaknya usaha Zainal sia-sia belaka, volume air terus bertambah hingga mengikutinya ke atas bumbungan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun