Mohon tunggu...
Muhamad Samiaji
Muhamad Samiaji Mohon Tunggu... Konsultan - Berkeliling mencari pengetahuan baru

Menulis sekedarnya, semoga menambah khasah keilmuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nepotisme Hal yang Wajar dan Diwajarkan

6 Oktober 2019   08:06 Diperbarui: 6 Oktober 2019   08:37 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kamu kesini dibawa syapa?" "Emang lu punya orang dalem?" Pernyataan itu sering muncul ketika anda ingin bekerja atau ketika wawancara pekerjaan baik di swasta maupun bukan.

Pertanyaan pertama anda akan jumpai di perusahaan baik dalam wawancara maupun biografi anda. Sementara pertanyaan kedua datangnya ketika anda akan melamar kerja ataupun sudah bekerja. Pertanyaan kedua ini terkadang membuat para pelamar kerja ciut nyali. 

Bahkan untuk sekedar menaruh CV di resepsionis. Karena kepemilikan jejaring nepotism akan memperbesar peluang Anda untuk dipanggil di tahap berikutnya hingga diperkerjakan. 

Nepotism hal yang wajar dalam mencari pekerja. Loh perusahaan butuh pekerja kan? Bukan kualitas pekerjanya. Lagi pun mereka yang dimasukkan sebagai pekerja sudah percaya, baik karena hubungan darah dan non. Repotnya "orang bawaan" biasanya minim pengalaman kerja maka skill yang dimiliki "siap pak! Laksanakan"

Bagaimana dengan yang tidak memiliki jejaring sosial itu namun memiliki kualitas jauh tinggi daripada mereka yang biasanya akan bersikap :

1. Melawan, jika anda coba melawan argunebtadi yang logis dan kompleks melebihi kepintaran pimpinan. Bersiaplah untuk pindah ke tempat baru.

2. Diam, anda memilih diam biasanya selamat sampai pada waktunya andalah yang jadi makanan aktor "siap pak laksanakan"

3. Ikuti arus, perlahan anda akan memiliki skill "siap pak, laksanakan!"

Nepotism akan semakin berbahaya jika di tingkat pengadaan barang dan jasa dipermintahan. Tentunya akan terjadi gratifikasi, korupsi, kolusi, dkk. Ambil saja contoh pengadaan jasa pekerja. Pasti banyak orang bawaan baik di tingkat UPT maupun UPTD. 

Jika anda berani, sebutkan UPT apa saja?

Paling anda yang "bahaya" lah wong sudah 32 tahun masa kepemimpinan dang diktator! Pada tingkat lain, hadirnya "orang bawaan"  yang bermasalah dapat melemahkan wibawa pemimpin ataubahkan menginjak-injak. Sebagian mereka bangga karena bisa menekan bahkan bertolak pinggang.

Jadi lucu ya, ketika zaman ini disebut revolusi industri 4.0 ataupun melenial tapi masih saja ada praktek "kuno" ini. Jika mau simpel menghilangkan "Budaya" ini maka hal yang dilakukan adalah lenyapkan dua generasi. 

Tapi itukan hanya ide gila, saya ajak anda melawan. Dimanapun anda berada. Karena hakikatnya setiap warga negara mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh perkejaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun