"Kamu kesini dibawa syapa?" "Emang lu punya orang dalem?" Pernyataan itu sering muncul ketika anda ingin bekerja atau ketika wawancara pekerjaan baik di swasta maupun bukan.
Pertanyaan pertama anda akan jumpai di perusahaan baik dalam wawancara maupun biografi anda. Sementara pertanyaan kedua datangnya ketika anda akan melamar kerja ataupun sudah bekerja. Pertanyaan kedua ini terkadang membuat para pelamar kerja ciut nyali.Â
Bahkan untuk sekedar menaruh CV di resepsionis. Karena kepemilikan jejaring nepotism akan memperbesar peluang Anda untuk dipanggil di tahap berikutnya hingga diperkerjakan.Â
Nepotism hal yang wajar dalam mencari pekerja. Loh perusahaan butuh pekerja kan? Bukan kualitas pekerjanya. Lagi pun mereka yang dimasukkan sebagai pekerja sudah percaya, baik karena hubungan darah dan non. Repotnya "orang bawaan" biasanya minim pengalaman kerja maka skill yang dimiliki "siap pak! Laksanakan"
Bagaimana dengan yang tidak memiliki jejaring sosial itu namun memiliki kualitas jauh tinggi daripada mereka yang biasanya akan bersikap :
1. Melawan, jika anda coba melawan argunebtadi yang logis dan kompleks melebihi kepintaran pimpinan. Bersiaplah untuk pindah ke tempat baru.
2. Diam, anda memilih diam biasanya selamat sampai pada waktunya andalah yang jadi makanan aktor "siap pak laksanakan"
3. Ikuti arus, perlahan anda akan memiliki skill "siap pak, laksanakan!"
Nepotism akan semakin berbahaya jika di tingkat pengadaan barang dan jasa dipermintahan. Tentunya akan terjadi gratifikasi, korupsi, kolusi, dkk. Ambil saja contoh pengadaan jasa pekerja. Pasti banyak orang bawaan baik di tingkat UPT maupun UPTD.Â
Jika anda berani, sebutkan UPT apa saja?
Paling anda yang "bahaya" lah wong sudah 32 tahun masa kepemimpinan dang diktator! Pada tingkat lain, hadirnya "orang bawaan"Â yang bermasalah dapat melemahkan wibawa pemimpin ataubahkan menginjak-injak. Sebagian mereka bangga karena bisa menekan bahkan bertolak pinggang.