"Dengan berbagai intervensi dan kebijakan investasi pada pembangunan rendah karbon untuk mencapai nol emisi bersih, kita dapat menciptakan lapangan kerja hingga tujuh hingga 10 kali lebih banyak, lebih banyak daripada investasi konvensional," kata Arifin Rudiyanto, wakil kepala urusan maritim dan sumber daya alam di Bappenas, ketika laporan itu dirilis pertengahan Oktober.
"Hal ini didorong oleh lapangan kerja yang tercipta dari pengembangan energi baru dan terbarukan, efisiensi energi, solusi berbasis alam, dan kegiatan pembangunan rendah karbon lainnya yang lebih padat karya daripada investasi abu-abu atau coklat," tambahnya.
Selain investasi, Indonesia akan membutuhkan transfer teknologi untuk mencapai nol emisi karbon bersih, kata Fabby Tumiwa, direktur eksekutif di lembaga energi dan lingkungan Institute for Essential Services Reform.Â
"Saat ini, teknologi pembangkit listrik hijau seperti sel surya dan turbin angin masih berasal dari negara maju langkah pertama bisa di green power plant sehingga kita bisa mengembangkan industri di dalam negeri," katanya.
"Pemanfaatan mobilisasi pertahun sebesar $100 miliar dalam Perjanjian Paris tentu dapat digunakan selain kerja sama bilateral, karena banyak yang tertarik untuk berkolaborasi dengan Indonesia untuk masalah rendah karbon ini," tambahnya, merujuk pada komitmen yang dibuat pada awalnya pada tahun 2009 dan ditegaskan kembali pada tahun 2015 oleh negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H