Jadi kesimpulannya pancaran halus sinar aura pada diri manusia itu menjalar dan melingkupi seluruh tubuhnya, dari ujung kepala (tulang cranial) sampai ujung kaki (tulang kaki). Sedangkan 20% aura wanita yang terletak pada wajahnya terdiri dari otot wajah yang melekat pada 3 lapisan kulit wajah, yakni Epidermis, Dermis dan Hypodermis yang akan memberinya elastisitas dan ketahanan, sehingga ia akan dapat / bisa mengekspresikan perasaannya, seperti tersenyum - tertawa - cemberut (ngambek) - saat ketika sedang marah dan sebagainya. Kesemuanya ini / saat-saat kondisi seperti inipun jika auranya sedang aktif maka yang akan tampak terlihat oleh orang lain / terutama lawan jenisnya adalah daya pesona yang luar biasa sekali, cuma sayangnya para wanita ini belum menyadarinya. Bahkan jika saja segala gerak-geriknya ia lakukan dengan suatu kewajaran (tanpa dibuat-buat) maka daya pesonanya akan kian bertambah hebat, sebab daya pesona itu bukan hanya terdapat pada senyuman manis di bibir dan kerlingan matanya yang tajam memikat, serta melangkah dengan gemulai akan tetapi saat ia marah - cemberut (ngambek) sebenarnya ada daya pesona tersendiri asalkan dilakukannya dengan secara wajar.
Pancaran sinar aura jenis ini adalah sarana yang memungkinkan pengaksesan kesunyian yang tersembunyi di pusat wujud manusia. Kesunyian yang merupakan bentuk dari sesuatu yang halus dan merupakan sumber seluruh aktifitas serta perbuatan yang penuh arti sekaligus menjadi seluruh sumber keberadaan dan kehidupan manusia. Pancaran sinar aura adalah keyakinan yang bersifat ilahiah yang berasal dari karunia Tuhan dan terletak di dalam segumpal hati dan perasaan setiap manusia. Aura merupakan sebuah kunci yang diberikan kepada manusia agar dapat menguak rahasia daya pesona - daya tarik dan kharismatik dalam hidup dan kehidupannya sendiri, dan memperoleh harta yang terlupakan dan terabaikan karena tersembunyi didalam dirinya. Aura diberikan kepada manusia untuk mengenal dirinya sendiri dan kemudian mengenal Tuhan untuk mendengarkan nyanyian alam. "Bukankah antara alam dan manusia itu sudah saling mengikat satu dengan yang lainnya ¼ ¼ .?!" Mereka (alam dan manusia) saling membutuhkan - saling melengkapi dan seharusnya pula saling menjaga kelestariannya masing-masing. Seperti halnya hubungan antara pria dan wanita secara kodrati sudah saling tarik menarik (ada rasa ketertarikan satu sama lain), secara manusiawi mereka (pria dan wanita) selalu ingin diperhatikan - disayangi - dikasihi - dan dipuji serta tidak ingin dikhianati atau dibohongi oleh pasangannya.
Pada dasarnya kaum wanita memiliki daya pesona bawaan lahir, yakni daya pesona yang memikat dan kharismatik, cuma saja mereka tidak mengetahui dan menyadarinya, dikarenakan hati dan fikiran terlalu sibuk dengan berbagai problema hidup dan kehidupannya. Seperti pengenalan pada semua kesulitan yang banyak dihadapi manusia pada umumnya, walau sebenarnya hal itu sudah menunjukkan kenyataan tentang realitas hidup, bahwa akar jiwa telah tenggelam dalam dunia keserbaragaman makhluk, dan bahwa manusia selalu dibuyarkan dan dialihkan oleh berbagai benda dan keadaan.
Feminin adalah sifat bawaan seorang wanita yang merefleksikan kebenaran metafisik, bahwa dimensi internal dari Ketuhanan yang diidentikkan dengan keindahan dan kecantikan merupakan prototip kewanitaan yang feminin. Sedangkan sumber kecantikan dan keindahan adalah keselarasan (Tanasub). Semua yang selaras mewujudkan keindahan di dunia, karena seluruh kecantikan, keindahan dan keselarasan yang dapat diamati di dunia ini adalah pantulan kecantikan dan keindahan dunia tersebut. Alasan untuk ini adalah adanya hubungan antara esensi hati (qalbu) wanita dengan dunia transenden, yang disebut alam ruh, karena dunia transenden adalah dunia kecantikan dan keindahan sekalipun sumbernya adalah dunia transenden, jiwa wanita bekerjasama dengan tubuh duniawi melalui suatu mukjizat, yang rahasianya hanya diketahui oleh Tuhan. Sehingga mewujudlah sisi luar dari suatu cahaya berupa aura.
Jika kita tengok sejarah masa lampau, pada awal penciptaan Nabi Adam As. Allah SWT. menciptakan Adam dari tanah dengan tanpa perantara ibu dan bapak, dan tanah yang dijadikan untuk membentuk Adam sebelumnya telah dibubuhi aroma wewangian surgawi dan nur (cahaya) sifat Allah, kemudian direndam dalam air "Qudlratul Izzah" maka terbentuklah sebagian dari sifat Jalal dan Jamal atas diri Adam. Saat itu Adam masih merupakan sebuah patung, yang kemudian dimasukkan ruh ke dalam tubuh patung Adam, ketika ruh diperintahkan memasuki patung Adam, ia (ruh) hanya berputar-putar mengelilingi patung tersebut, sepertinya enggan memasuki patung Adam. Dalam satu riwayat ketika ruh mengelilingi patung Adam itu membutuhkan waktu selama kurang lebih : 200 tahun, kemudian Allah SWT. memerintahkan Malaikat Izra'il As. untuk memaksa agar memasuki patung Adam, setelah ruh memasuki patung Adam sampai sebatas kepala maka pada saat itu juga terbentuklah otak dan jaringan saraf yang sempurna, kemudian terbentuklah mata yang saat itu juga sempat melirik ke arah para Malaikat yang mengerumuninya, lalu terbentuklah telinga, dan ia (Adam) mendengar para malaikat bertasbih memuji Allah S.W.T dengan suara yang merdu dan syahdu. Begitulah lambat tapi pasti ruh merambat hingga sampai kaki dan bagian tubuh lainnya, dan bersamaan dengan itu pula terbentuklah jaringan tubuh berupa kerangka tubuh yang tersusun dari 206 tulang yang berfungsi untuk menegakkan, memberikan bentuk, dan menggerakkan tubuh, serta untuk melindungi jaringan tubuh yang lunak dan mudah rusak seperti : otak - jantung - paru-paru - hati dan jaringan beberapa saraf tulang belakang kemudian ruh itu memasuki bagian dalam tulang, dan terbentuklah (terisi) suatu substansi yang dikenal sekarang dengan sebutan sumsum tulang, tempat terbentuknya sel darah merah - sel darah putih. Begitulah penciptaan manusia pertama Adam AS. (Abu Basyar), dari setelah patung lalu menjadi kerangka tubuh dan terbungkus darah - daging dan kulit. "Allah Maha Pencipta lagi Maha Pandai".
Ketika Nabi Adam A.S. berada ditaman surga firdausin, ia melihat sepasang burung yang sedang asyik bermesraan diatas pohon tiba-tiba terlintas dalam pikirannya, betapa bahagianya jika ia mempunyai pasangan seperti burung itu. Saat Adam termangu-mangu sambil memandang sepasang burung tersebut, Allah kirimkan angin surga yang bertiup lembut dan semerbak harum mewangi kearah Adam maka tertidurlah ia, dan didalam tidurnya ia bermimpi berjumpa dengan seorang wanita rupawan nan cantik jelita yang mempesonakan hatinya, apalagi saat wanita itu tersenyum manis kepadanya, kejadian mimpi yang dialami Adam A.S. adalah atas kehendak Allah, dan saat Adam masih dalam keadaan tertidur, Allah ciptakan wanita yang elok rupawan yang hadir didalam mimpi Nabi Adam A.S. dari tulang rusuk (shulbi) kirinya, kemudian tulang rusuk kiri Nabi Adam A.S diletakan pada sangkar yang berupa cahaya, yang sebagian cahayanya diambil dari tubuh Adam A.S, dan dibasuh dengan aroma wangian surga menurut salah satu riwayat tulang rusuk tersebut diselimuti oleh Nur (cahaya) selama : 40 Th, dan selama itu pula Adam A.S tertidur pulas. Maka ketika Adam terjaga dari tidurnya, ia sempat kaget dan tercengang dibuatnya, karena wanita yang hadir dimimpinya itu kini telah berdiri dihadapannya sambil memandangnya dengan tatapan kasih yang teramat dalam. Singkat cerita akhinya Adam A.S, dikawinkan oleh Allah S.W.T dengan wanita itu, yang Allah beri nama : Hawa (Siti Hawa).
Seperti tersebut dalam Al-Qur'an :
" Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah Dia menciptakan untuk kamu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan tentram padanya dan dijadikannya diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Q.S. Ar-Ruum : 21)
" Mereka itu (isteri) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka". (Q.S. Al-Baqarah : 187).
Dari riwayat tersebut maka kita dapat menarik kesimpulan, bahwa pada dasarnya antara pria dan wanita sudah terjalin hubungan yang erat. Karena mereka (pria dan wanita) berawal dari satu sumber, berawal dari satu tempat dan satu jasad. Maka sudah sewajarnya jika pria dan wanita sudah ada rasa saling tertarik satu sama lainnya dan saling memiliki serta rasa ingin mencintai dan dicintai hal ini adalah sudah merupakan suatu kenyataan hidup yang tidak dapat dipungkiri lagi, wanita akan mengetahui dengan jelas jika ada seorang pria yang menyukainya, walau sang pria bersikap acuh tak acuh kepadanya dan terkesan jual mahal, karena wanita memiliki insting bawaan lahir yang tajam sekali, mereka lebih banyak berbicara dengan hati dan perasaannya, yang jelas wanita akan peka dengan gerak-gerik pria, akan tetapi lain halnya dengan pria, ia (pria) tidak memiliki kepekaan batin bawaan lahir untuk menilai seorang wanita, ia tidak akan mengetahui dalam waktu singkat apakah wanita itu menyukainya atau tidak, terkecuali wanita itu sendiri yang mengatakannya, atau dengan pembuktian diri, dan dalam hal ini sang pria jangan terlalu banyak berharap, karena wanita sangat pandai menyembunyikan perasaannya, walau sekalipun ia (wanita) merasakan rindu yang teramat sangat kepada pria pujaanya. Ini semua disebabkan oleh sifat bawaan masa lampau, yakni tentang penciptaan hawa yang diambil dari bagian tubuh Adam yang tertutup daging dan kulit (rusuk/shulbi), dan rasa malu pada diri wanita lebih kuat daripada rasa malu yang dimiliki oleh pria.
Dalam dunia saat ini, ketika dari hari ke hari semakin sulit memasuki spiritualitas sejati, dan ketika kecantikan - keindahan - kebahagiaan kaum wanita dipersatukan dengan pacaran sinar aura, dan getaran kehidupan alam, yang di dalam diri seorang wanita selalu ada dalam bentuk getaran hati dan perasaan. Kehidupan mereka (kaum wanita) bersatu dengan kehidupan alam, seperti halnya mikrokosmos bersatu dengan makrokosmos, sehingga jiwa mereka mengalami perluasan dan mencapai kebahagiaan dan ekstrase yang melingkupi dunia transenden, yang berada di atas taburan-taburan bunga surgawi sebagai karunia Ilahi Robbi dan barokah langit, dan mereka akan diputuskan secara tiba-tiba dari dunia waktu; "agar dapat dapat merasakan dirinya berhadap-hadapan dengan wajah yang maha kekal, dan untuk sesaat merasakan nikmatnya peleburan (fana) dan kekekalan (baqa)". Sementara bagi mereka yang gagal untuk merasakan kenikmatan - kebahagiaan dan kesenangan hidupnya, itu semua disebabkan dari akibat kelalaiannya kepada Tuhan (Ghaflah), dan sebab pula tersumbatnya unsur aura bawaan lahir yang sembunyi di dalam wadah rahasia yang masih terselimuti misteri ruang dan waktu. Mereka harus meniti anak tangga dengan satu persatu, melalui penyerahannya sendiri kepada kehendak Tuhan, dan berusaha menempatkan diri sepenuhnya dalam genggaman Tuhan, dan menjadi sumber gita-gita yang menebarkan kegembiraan dan kebahagiaan serta menuntun dirinya ke tempat primordial dan kediaman akhirnya.