Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Buruh - Wong tani

Bhinneka Tunggal Ika

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Patuhi Prokes dan Jangan Panik

11 Februari 2022   20:22 Diperbarui: 11 Februari 2022   20:29 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waspada Omicron dimulai dari diri sendiri dan jangan kendor tetap mematuhi protokol kesehatan.

Varian omicron atau yang disebut gelombang ke 3 ini sedang menjadi sorotan publik, pasalnya semakin hari semakin meningkat kasusnya.

Meski demikian masyarakat dihimbau agar tidak panik dengan munculnya gelombang ke 3 sekalipun omicron penyebarannya cepat meningkat namun tidak membahayakan seperti Covid-19.

Sedangkan kepanikan yang hanya membuat imunitas menurun hingga dapat terjangkiti oleh omicron karena daya tahan tubuh lemah.

Varian omicron bisa berbahaya hanya untuk orang yang belum mendapatkan vaksinasi, pasalnya para pasien omicron dinyatakan tidak bergejala sehingga aman.

Waspada omicron memang perlu namun tetap patuhi prokes yang hanya dengan cara itu maka dapat meminimalisir wabah omicron.

Banyak berita yang hanya menimbulkan panik hingga masyarakat ikut kepanikan tentang adanya gelombang ke 3 Covid-19.

Sementara dari data yang diperoleh pada 1 Februari 2022, satgas Covid-19 saja tidak ada kenaikan signifikan sama sekali jika pun ada hanya sekitar 28 orang saja yang positif.

Sejumlah data tersebut pun diketahui dari orang-orang yang tidak atau belum di vaksinasi.

Inilah pentingnya vaksinasi yang terbukti mampu menurunkan kasus Covid-19 hingga kini terus di upayakan pemerintah demi pencegahan dengan vaksinasi.

Sebagaimana kasus Covid-19 yang ada di negara India, awalnya lonjakan kasus tersebut begitu masif namun seiring dengan kesadaran masyarakatnya baik dengan vaksinasi atau pun menjaga prokes dan kini India lebih baik lagi.

India untuk saat ini sudah 90 persen masyarakatnya yang sadar betul akan vaksin walaupun belum seluruhnya tetapi sudah mampu membuat tubuh masyarakatnya menjadi kuat karena imunitas.

Sedangkan untuk Indonesia sendiri baru ada 86, 6 persen masyarakat yang sudah divaksin pemerintah.

Omicron penyebarannya begitu cepat di Indonesia ini berawal dari para pelaku perjalanan luar negeri.

Seperti karyawan di Wisma Atlet terjangkit omicron dan belakangan diketahui tertular oleh Warga Negara Indonesia (WNI) yang melakukan karantina di Wisma atlet karena baru datang dari negara Nigeria tepatnya pada 21/11/2021.

Bahkan mengenai hal ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sampai-sampai menyatakan dalam perkiraannya omicron mengalami kenaikan pada bulan Februari 2022.

Oleh karena itu waspada omicron perlu ditingkatkan karena semua hal tersebut hanya bisa di jalani sendiri.

Sekalipun sudah ada vaksin namun mematuhi protokol kesehatan minimal dengan 3 M sudah menjadi kuncinya untuk menjaga sesama.

Memakai masker saat bepergian, mencuci tangan dengan sabun dan menghindari kerumunan agar diterapkan kembali selama omicron.

Apa pun yang terjadi dengan isu berita yang ada, harapan Saya agar tidak panik dan tetap patuhi prokes.

Kisah Teman Kena Covid-19

Ada cerita nyata dari Saya, ketika masih di Jakarta kala itu Covid-19 sedang hangat dan ganasnya.

Semoga Allah Swt mengampuni dosanya karena teman Saya kini sudah Almarhum sejak tahun lalu.

Saat pandemi melanda sejak 2 tahun lalu, di Jakarta banyak perusahaan, pabrik dan PT yang tutup karena pandemi Covid-19 yang begitu dahsyat menghantam Jakarta.

Para karyawan banyak yang kerja dari rumah atau WFH ada juga yang terkena dampak Covid-19 sehingga dikurangi karyawannya termasuk Saya yang sudah 3 tahun bekerja.

Adalah Bari nama dari rekan kerja Saya di perusahaan yang terletak di daerah Jakarta Utara. Ia seorang pekerja giat dan pekerja keras.

Hampir tidak pernah alpa dalam kerjanya sehingga dianggap sebagai karyawan tetap di PT tersebut.

Singkat cerita setelah Covid-19 di Jakarta menginjak satu tahun karena pada saat itu sedang ganas dan gawatnya Covid-19 hingga setiap hari Saya mendengar berita kasus positif Covid baik di media ataupun sekitar Jakarta via rekan kerja.

Nah, dari sekian banyaknya karyawan yang diberhentikan hanya Bari teman Saya yang masih bekerja.

Sebelum akhirnya meninggal di rumah Pati Jawa Tengah kampungnya sendiri, sering Saya mendengar ia mengeluh sakit padahal sebelumnya tidak pernah.

Konon menurut teman saat bekerja, Bari jatuh pingsan dilokasi kerja. Entah karena belum sarapan atau karena sakit, beragam versi muncul.

Namun saat tidak masuk kerja dan main di kosan Saya, Bari cerita semua kalau hal tersebut terjadi begitu saja hingga di bawa ke klinik dalam kondisi pingsan.

Banyak teman yang bilang sakit asma, sakit tenggorokan dan sakit lambung banyak pula yang menyatakan terkena Covid-19.

Namun Saya khusnudzon saja jika ia meninggal karena sakit biasa yang dideritanya dan sudah kodratNya.

Saya pernah berjemur bareng dibawah sinar matahari jam 10 pagi saat libur kerja, dengan jaga jarak dan itu pun dari Bari melalui saran dokter klinik yang katanya suruh berjemur ketika pagi jam 10 pagi.

Saat pamit pulang kampung tidak lama terdengar kabar Bari meninggal. Innalillahi wa inna ilahi rojiun. Semoga Allah mengampuni.

Salam..

Samhudi Bhai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun