Tinggal menghitung hari imlek 2022 akan dilaksanakan serentak oleh warga Tionghoa di Indonesia.
Setiap peringatan imlek pada 1 Februari, setiap itu pula terkenang dengan Bapak Bangsa yang tidak kenal perbedaan dari setiap Agama.
Imlek 2022 tidak pernah lepas dari peran seorang Kyai yang juga mantan Presiden RI Ke 4 KH Abdul Rahman Wahid atau Gus Dur.
Atas kebijakannya, hingga kini tahun baru imlek bagi warga Tionghoa tetap eksis di Indonesia.
Padahal pada masa Pemerintahan orde baru sangat dilarang keras untuk menghormati hari besar itu.
Gus Dur punya kisah yang unik dengan orang Tionghoa jauh sebelum imlek dijadikan sebagai hari besar umat China di Indonesia.
Tahun ini imlek dikenal dengan Tahun Macan Air sebagai simbol dari keberanian dan keberuntungan.
Saya rasa kiranya tepat jika disematkan pada sosok Gus Dur yang berani menjadikan imlek sebagai hari besar untuk masyarakat Tionghoa di seluruh Indonesia.
Atas keberaniannya kini masyarakat Tionghoa merasakan bebas menikmati ibadahnya dengan perayaan imlek di Indonesia.
Potret kelam sejarah etnis Tionghoa di Indonesia perah mengalami diskriminasi yang berpanjangan atas sebab adanya unsur sentimen.
Pelan namun pasti tatkala Gus Dur menjadi tapuk kepemumpin saat itulah sedikit demi sedikit diskriminasi mulai terkikis habis.
Budaya masyarakat Tionghoa yang saat itu terlarang, mulai diberi ruang hingga ekspersi dari kaum Tionghoa dapat dilihat sekarang.
Kini peringatan tersebut telah setara dengan kaum Tionghoa diseluruh dunia yang di Indonesia pum perayaan Tahun Baru Imlek ada.
Warga keturunan China sendiri di Indonesia pertumbuhannya lumayan besar karena adanya sejarah dan peradaban di Indonesia.
Kini, warga Tionghoa sebebas mungkin untuk menjankan Tahun Baru Imlek setelah sebelumnya kerap terjadi politik pecah belah bangsa dimasa orde baru.
Warga keturunan China atau etnis Tionghoa pada saat itu selalu dan selalu dipermasalahkan dengan alasan non pribumi sehingga harus diminta menunjukan identitasnya.
Puncaknya pada 1998 tatkala kerusuhan dan mala petaka terjadi dimana-mana tiada lain dan tiada bukan Tiongholah sasarannya.
Kelam dan seakan hampir padam hingga lahirlah era Gus Dur setelah Megawati. Kini, imlek tidak hanya diliburkan namun telah ditetapkan sebagai hari besar Nasional.
Keberanian sikap yang dimiliki oleh seorang Gus Dur begitu besar dan kuat. Beliau berhasil menerapkan hidup keberagaman dari sikap toleransi yang dimilikinya.
Instruksi Presiden nomor 14 tahun 1967 yang menyebabkan diskriminasi pun dicabut oleh Gus Dur sejak tahun 2000.
Menetapkan perayaan imlek atau tahun baru imlek sebagai hari libur nasional untuk yang merayakannya lebih tepatnya  pada 9 april 2001.
Oleh karena itu maka pantas jika seorang mantan Ketua Umum PBNU tersebut dijuluki dengan Bapak Toleransi dan jua Bapak Tionghoa bertepatan hari Cap Go Meh di klenteng Semarang, 10 maret 2004.
Sebagai apresiasi untuk Gus Dur karena jasanya membawa manfaat besar bagi bangsa Indonesia.
Kini, Imlek 2022 kembali orang Tionghoa memperoleh haknya secara vitalitas dengan masing-masing tujuannya.
Tradisi budaya Tionghoa kembali bersinar dengan ramainya festival barongsai, lampu gantung lampion dan juga uang tunai dalam angpao. Semua itu karena peran Gus Dur dalam imlek yang menjunjung tinggi toleransi dan keragaman.
Gong Xi Fa Cai untuk saudaraku yang merayakannya semoga rejeki bertambah dan sukses selalu yak..
Salam..
Samhudi Bhai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H