Sungguh momentum terindah bagi Indosesia saat Hari Raya Idul Fitri 2021 yang baru saja dilalui oleh Umat Islam bertepatan pula dengan Hari Raya Umat Kristiani Kenaikan Isa Almasih yang serentak jatuh pada hari Kamis 13/4/2021.
Lebaran 2021 mempunyai makna dalam tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Kehidupan Masyarakat Indoneia yang majemuk berbeda-beda namun satu kata dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Saat dimana wabah pandemi masih masif penyebarannya di Indonesia hingga Pemerintah mengeluarkan kebijakan baru agar seluruh perantauan dari manapun dicekal agar tidak mudik dulu.
Hal tentu saja membuat sebagian Masyarakat khususnya para orang tua dikampung menjadi was-was dan penuh harap agar sang anak dirantau orang tetap dalam keadaan selamat dan sehat walafiat.
Inilah tujuan Pemerintah memberlakukan larangan mudik 2021 tidak lain dan tidak bukan hanya untuk keselamatan diri, keluarga dan orang lain. Tidak ada satu pun Pemimpin di Dunia ini yang tega dan kejam terhadap rakyatnya. Oleh karena itu positif thinking saja dan jangan overthinking terhadap kebijakan yang diterapkan Pemerintah Indonesia.
Belajarlah dari kasus covid-19 yang menimpa Masyarakatnya. Berapa ribu saja yang terpapar dan berapa ratus saja meninggal dalam sehari akibat wabah pandemi. Mari melihat sisi positifnya agar wabah ini tidak terjadi lebih luas di Indonesia.
Hikmah Pandemi saat Idul fitri tentunya semua sudah tahu bahwasannya lebaran hanya terjadi satu kali dalam setahun. Moment urgent inilah yang harus dijadikan i'tibar buat seluruh warga Indonesia saat pandemi seperti ini.
Hidup hanya sekali taati patuhi segala yang terjadi dari kebijakan Pemerintah Jokowi sebagaimana mentaati kedua orang tuanya. Hentikan dan jangan terus berstatment keji hingga mengotori hati. "Kullu nafsin dzaaiqotul maut" setiap manusia bakal mengalami maut.
"Athiullaha Wa athiurasuula wa ulil amri minkum" bahwa seyognyanya setelah taat dan patuh terhadap perintah Allah Swt dan RasulNya maka wa ulil amri minkum taat dan patuh pula pada Pemerintah yang memimpinnya.
Hikmah lain dari pandemi saat idul fitri 2021Â ini adalah bagaimana seharusnya hidup bermasyarat dan bergotong royong agar bisa berjalan yang menjadi prioritas bagi sesamanya dalam bermasyarakat.
Mengingat bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang saling berhubungan dengan satu sama lainnya sudah tentu hal tersebut sangat dibutuhkan dalam sehari-hari.
Implementasi seperti ini butuh kesadaran tingkat tinggi dari dalam hati sanubari. Semua bisa terlaksana jika kesadaran ini terpupuk sejak lama yakni tahun 2000 lalu. Dimana posisi pandemi kala tahun tersebut belum begitu mewabah.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jika mau jujur dan penuh kesadaran tinggi diterapkan bagi masyarakat sebenarnya hal tersebut sudah cukup mampu untuk mengantisipasi wabah ini.
Miris jika melihat fakta yang sebenarnya dimana banyak pelanggaran-pelanggaran dari himbauan tersebut. Protokol kesehatan diabaikan disisi lain korban terus berjatuhan. Jika begini lagi dan lagi Pemerintah disalahkan.Â
Saya melihat dengan mata kepala Saya sendiri sekalipun Brebes Jawa Tengah khususnya di Desa Saya yang termasuk zona hijau dan Alhamdulillah sampai dengan detik ini belum pernah mendengar warga yang positif corona.
Sehingga banyak pula yang menitikan air mata baik anak sama orangtua, saudara sama saudara dan tetangga sesama tetangga. Merek menangis bukan karena kehilangan anak ataupun apalah. Mereka menangis karena bahagia bisa berjumpa dihari raya nan fitri ini.
Oleh karena itu jika ada Salah kata, jika kata-kata tak lagi bermakna dan jika lidah sering berdusta. Sudi kiranya untuk memaafkan Saya. "Al-insanu mahalul khata wa nisyan" sudah barang tentu manusia tempatnya salah dan lupa.
Wabil khusus teruntuk para Admin Kompasiana baik yang cewe maupun cowok. Saya atas nama Samhudi beserta kelurga besar mengucapkan Mohon maaf lahir bathin..Â
Kesalahan disengaja maupun enggak hari ini mumpung masih di bulan Syawal 1442 H kiranya semua Dunia Akherat mohon dimaafin. Kuy lihat videonya dalam tradisi nyadran dikampung Saya agar hikmah pandemi saat idul fitri berkenan dihati dan dapat dijadikan Motivasi untuk kedepan nanti agar lebih hati-hati saat pergi diluar daerah sendiri. Via
.
Samhudi Bhai
Kompasianer Brebes Community (KBC) 68 Jawa Tengah-Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H