Implementasi seperti ini butuh kesadaran tingkat tinggi dari dalam hati sanubari. Semua bisa terlaksana jika kesadaran ini terpupuk sejak lama yakni tahun 2000 lalu. Dimana posisi pandemi kala tahun tersebut belum begitu mewabah.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jika mau jujur dan penuh kesadaran tinggi diterapkan bagi masyarakat sebenarnya hal tersebut sudah cukup mampu untuk mengantisipasi wabah ini.
Miris jika melihat fakta yang sebenarnya dimana banyak pelanggaran-pelanggaran dari himbauan tersebut. Protokol kesehatan diabaikan disisi lain korban terus berjatuhan. Jika begini lagi dan lagi Pemerintah disalahkan.Â
Saya melihat dengan mata kepala Saya sendiri sekalipun Brebes Jawa Tengah khususnya di Desa Saya yang termasuk zona hijau dan Alhamdulillah sampai dengan detik ini belum pernah mendengar warga yang positif corona.
Sehingga banyak pula yang menitikan air mata baik anak sama orangtua, saudara sama saudara dan tetangga sesama tetangga. Merek menangis bukan karena kehilangan anak ataupun apalah. Mereka menangis karena bahagia bisa berjumpa dihari raya nan fitri ini.
Oleh karena itu jika ada Salah kata, jika kata-kata tak lagi bermakna dan jika lidah sering berdusta. Sudi kiranya untuk memaafkan Saya. "Al-insanu mahalul khata wa nisyan" sudah barang tentu manusia tempatnya salah dan lupa.
Wabil khusus teruntuk para Admin Kompasiana baik yang cewe maupun cowok. Saya atas nama Samhudi beserta kelurga besar mengucapkan Mohon maaf lahir bathin..Â
Kesalahan disengaja maupun enggak hari ini mumpung masih di bulan Syawal 1442 H kiranya semua Dunia Akherat mohon dimaafin. Kuy lihat videonya dalam tradisi nyadran dikampung Saya agar hikmah pandemi saat idul fitri berkenan dihati dan dapat dijadikan Motivasi untuk kedepan nanti agar lebih hati-hati saat pergi diluar daerah sendiri. Via
.
Samhudi Bhai