Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah -Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa Saat Pandemi? Syukuri dan Nikmati

14 April 2021   00:10 Diperbarui: 14 April 2021   00:46 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Senin 12 April 2021 telah sama-sama diketahui bahwa Pemerintah Indonesia melalui sidang isbat 2021 oleh Kementerian Agama Republik Indonesia Gus Yaqut telah memutuskan untuk 1 Ramadhan 1442 H jatuh pada hari Selasa 13 April 2021.

Penting untuk Saya utarakan sebelumnya bahwa sidang isbat digelar dan dilaksanakan tidak lain dan tidak bukan adalah semata-mata untuk mengetahui hari dan tanggal dari penentuan Awal Ramadhan atau pun bulan Syawal nanti.

Selain untuk mengetahui awal bulan Ramadhan melalui sidang isbat, juga berguna untuk mengetahui kapan dimulainya 1 Syawal 1442 H atau Hari Raya Idul Fitri setelah sebelumnya dilakukan metode rukyatul hilal.

Bahkan dikalangan Madzab Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah dan Hanabilah telah sepakat yaitu apa bila hisab tidak dapat dijadikan dasar untuk isbat (penetapan). 

Maka baik awal Ramadhan sekarang ataupun awal Syawal yang akam datang nanti berlaku umum bagi kaum muslimin muslimat Indonesia, semuanya telah sepakat bahwa memantau hilal pada hari ke 29 Sya'ban dan penentuan awal Ramadhan adalah fardhu kifayah.

Kecuali hanya Imam Hambali yang berpendapat bahwa memantau hilal tersebut adalah sunnah hukumnya. Hal ini sebagaimana yang sudah diterangkan oleh Rasulullah Saw didalam hadistnya.

Rukyah sendiri mempunyai arti melihat bulan stabit diufuk barat dengan menggunakan alat teropong yang dilihat oleh mata secara langsung. Apa bila diufuk barat hilal sudah mulai nampak atau hilal sudah berada diufuk pada waktu terbenamnya matahari, maka pada saat itulah sudah masuk dalam awal bulan Ramadhan ataupun bulan Syawal.

Penentuan awal Ramadhan dan Syawal ini menurut empat madzhab sudah disepakati dan juga harus ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kementrian Agama.

Akan tetapi apabila Pemerintah menetapkan tidak berdasarkan dengan rukyah, maka pemberitahuan dari seorang adil atau dalam hal ini yang menyaksikan hilal harus pula untuk di ikuti sebagai bagian dari hilal tersebut.

Sedangkan hisab mempunyai arti perhitungan secara ilmiah dengan berdasarkan pada himpitan bulan, bumi dan matahari tidak dapat dipakai dasar menentukan awal Ramadhan dan Syawal, akan tetapi keduanya mempunyai kedudukan yang sama pentingnya.

Rukyatul hilal ini sangat berguna sebagai media bagi arah atau petunjuk sebagai pembantu untuk mengakuratkan letak dan posisi hilal serta waktu terbenamnya matahari, sehingga memudahkan para perukyah untuk melaksanakannya.

Mengenai hal ini Rasulullah Saw telah bersabda dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi. Bahwa Beliau pernah mengatakan:

Ilustrasi teropong rukyatul hilah/foto: pixabay.com
Ilustrasi teropong rukyatul hilah/foto: pixabay.com
"Shuu muu lirukyatihi wa afthiruuyatihi fain halat duunahu ghiyabatun fa akmiluu stalasiina yauman" (puasalah kamu sekalian sesudah melihat bulan dan berhari rayalah setelah melihat bulan pula. Kalaupun bulan tertutup oleh awan maka sempurnakanlah (bulan yang terdahulu) 30 hari (HR Tirmidzi).

Kini setelah Pemerintah mengumumkan awal ramadhan dari hari selasa lalu melalui Kemenag tersebut, semua umat Islam Indonesia khususnya, telah melaksanakan puasa Ramadhan 1442 H sejak hari Selasa 13 April 2021 kemarin.

"Ya Ayyuhaladziuna aamanu kutiba 'alaikumus shiyamu kama kutiba 'alaladziina min qoblikum la'alakum tattaquun" (Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa) Qs. Albaqarah ayat 183.

Ayat di atas adalah Firman Allah Swt yang sudah jelas perintahNya ditujukan kepada para hamba-hambaNya, bertujuan agar menjadi orang yang mempunyai pribadi bertaqwa kepada Allah Swt sebagaimana kaumNya pada jaman dahulu.

Puasa di tengah pandemi Covid-19 sudah memasuki hari kedua di bulan suci Ramadhan 1442 H atau hari Rabu 14 April 2021. Walaupun Pandemi masih masif penyebarannya justru dibulan inilah agar kiranya dapat menjadi hikmah tersendiri bagi orang yang beriman dan yakin kepada Allah Swt semua akan kembali normal kondisinya seperti semula.

Seperti pada tahun lalu, di tempat Saya Daerah Brebes Jawa Tengah, sebagian masyarakat ada yang mengikuti shalat tarawih baik dimushola maupun dimasjid ataupun dirumah dengan tetap mematuhi ajuran pemerintah untuk mematuhi standar protokol kesehatan. Sekarang pun demikian adanya, bahkan di Masjid Istiqlal pada puasa tahun ini sudah melaksanakan shalat tarawih kembali.

Jika pada tahun lalu semua tempat ibadah baik masjid dan mushola dilarang untuk melakukan ibadah sholat. Hal ini dikarenakan semata-mata upaya Pemerintah dalam melawan Covid-19. Namun kini sudah diperbolehkan dengan syarat mematuhi protokol kesehatan.

Oleh karena itu bagi yang masih bertemu dibulan Ramadhan pada tahun ini, sungguh sangat beruntung dan mulia. Covid-19 dapat dijadikan sebagai i'tibar buat semua bahwa Allah Swt masih berkenan kepada hambanya agar memperbaiki ibadah dibulan puasa ini.

Ilustrasi protokol kesehatan dalam beribadah/foto: pixabay.com
Ilustrasi protokol kesehatan dalam beribadah/foto: pixabay.com
Pandemi Covid-19 akan menjadi sejarah tersendiri bagi bangsa Indonesia. Sudah satu tahun lebih melanda Indonesia dan hingga kini masih aktif penyebarannya. Hanya bertaqwa dengan taat dan patuh serta penuh syukur atas nikmatNya. 

Insyallah pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Tiada satu penyakit apa pun didunia ini kecuali Allah Swt berikan penawarnya, untuk itu di samping Vaksinasi masyarakat pun dihimbau agar senantiasa mentaati protokol kesehatan.

Hanya dengan 3 M bagi masyarakat kecil biasa yang dapat menyelamatkan diri dan juga orang lain agar terhindar dari maut sebab pandemi covid-19 tidak mengenal profesi, jabatan maupun orang. Maka dengan begitu amalan ibadah bulan suci ramadhan menjadi berlipat ganda pahalanya jika mau mensyukurinya.

Oleh karena itu di situasi puasa ramadhan pada tahun ini, sekalipun Allah Swt masih menurunkan ujiannya kepada para hambaNya untuk masyarakat Indonesia. Saya menghimbau untuk senantiasa bersabar dan yang terpenting jangan sampai mengkufuri segala nikmat yang Allah Swt berikan kepada kita semua.

Harapan Saya semoga dengan adanya wabah pandemi covid-19 terlebih-lebih saat pandemi ini dapat menjadi hikmah tersendiri bagi hambanNya.

Oleh karena itu, yuk lebih mendekatkan diri lagi dengan benar-benar bertaqwa, sesuai anjuran yang telah Allah Swt perintahkan kepada hambaNya untuk berpuasa khususnya bagi para kaum muslimin dan muslimat Nahdliyin dimanapun berada. Salam..

Samhudi Bhai 

Kompasianer Brebes Community (KBC) 68 Jawa Tengah-Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun