Harga cabai rawit belakangan ini sedang menjadi buah bibir bagi para pembeli maupun para pedagang baik di pasar, perumahan atau pun perorangan. Mahalnya harga cabai rawit menjadi persoalan pribadi bagi sebagian orang.
Para petani saat ini sedang mengalami kesulitan untuk merawat dan memelihara tanaman cabai yang kerap diserang hama. Oleh karena itu cabai semakin dicari oleh para pedagang sebagai kebutuhan pokok bumbu dapur atau pun dijualnya kembali. Hal ini menyebabkan stok menjadi langka.
Melambungnya harga cabai rawit mampu menandingi harga daging dipasaran yakni 120 ribu/kilogram daging. Sedang cabai semakin hari semakin menjadi perbincangan bagi para pembeli khususnya kaum emak-emak.
Bahkan di Jakarta hampir sepekan ini harga cabai rawit sudah tembus menjadi 150 ribu/perkilogram. Hal ini mengkibatkan para pembeli menjadi keberatan hingga mencari yang murah sekalipun kwalitas cabainya tidak bagus.Â
Saya dikampung kebetulan mempunyai sedikit tanaman cabai rawit disawah. Bisa dipastikan hampir setiap hari Saya memetik cabai tersebut baik untuk kebutuhan sendiri maupun dijual ketika ada tetangga yang memesannya harga berkisar sampai 120 ribu/kg. Tergantung negosiasinya dari pembeli.
Selain terkena serangan hama wereng juga masalah faktor cuaca pun mempengaruhi. Cuaca sangat kurang kondusif sehingga berpengaruh terhadap tanaman cabai rawit bagi para petani.
Ketika cabai sudah mulai memerah maka telat sedikit saja bakalan busuk atau rusak dimakan wereng pada esok harinya jika tidak segera dipetik. Â Inilah penyebab utama harga cabai rawit menjadi mahal.
Tananam cabai rawit jika kelebihan air karena faktor cuaca maka berpengaruh pada buah tersebut. Misalnya cuaca setengah hujan setengah panas, itulah dampak utama pada busuknya cabai rawit yang Saya punyai disawah.
Jika pada tahun sebelumnya memanen cabai rawit dapat hasil 3 kwintal per karung namun untuk tahun ini hanya beberapa karung saja yang layak terjual.