Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah -Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Tidak Boleh Mengatakan Salah Profesi? Begini Alasannya

31 Maret 2021   15:26 Diperbarui: 31 Maret 2021   15:33 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah profesi adalah suatu kalimat kurang etis bagi Saya secara pribadi. Kalimat yang bersinggungan dengan bidang pekerjaan pada setiap individu ini bisa dibilang kurang tepat jika diterapkan dengan kondisi pokok yang sebenarnya.

Banyaknya kalangan pendidikan tinggi seperti SMA, STM, SMK, MA bahkan mereka yang bergelar Sarjana S1 berprofesi tidak sesuai dengan bidangnya. Para alumni ini justru lebih memilih keinginannya masing-masing dalam bidang profesi. Sehingga hal tersebut tidak bisa dibilang salah profesi.

Mengapa begitu mudahnya mengambil kesimpulan terhadap profesi seseorang? Bukankah hal tersebut telah menjadi bagian dari privasinya? Kiranya tidak perlu apa dan bagaimana profesinya. Selagi halal dan tidak merugikan orang lain biarkan saja tak perlu tahu urusan profesi seseorang.

Sebagai contoh ada seorang Mahasiswa jurusan kedokteran namun bekerja sebagai petani padi misalnya, apa yang Anda lakukan? Apakah akan menyalahkan mereka dengan menyebut salah profesi? Kalau iya apa alasannya? 

Mengapa pula mereka mengatakan hal tersebut sebagai seorang yang salah profesi atau tidak sesuai dengan pendidikan yang diembannya, apanya yang salah sih? Jika hal tersebut semisalnya Anda tanyakan kepada yang bersangkutan pasti Anda akan dibilang Kepo atau istilah lain rempong. Haha..

Pendidikan memang prioritas utama sebagai bekal atau kunci dalam segala hal, sebab seseorang dapat bermanfaat dan tidaknya didalam kehidupan bermasyarakat terlebih berbangsa dan bernegara ketika seseorang tersebut sedikit mempunyai bekal ilmu pendidikan. Hal ini Saya pun mrngakui dan yakin bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi dalam bidang profesinya.

Salah profesi tidak layak disebutkan dan ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai integritas tinggi dalam profesinya. Apapun profesinya. Bahkan Saya membenarkan jika istilah orang Jawa mengatakan "wong urip iku kudu kerjo nek ora kerjo arep mangan opo kan ngunu bro, hehehe.. ".

Profesi bukanlah tujuan utama seseorang didalam hidupnya. Banyak di daerah Saya dari yang berpendidikannya tinggi sampai rendah berprofesi sebagai petani, bahkan ada yang pendidikannya dari pondok pesantren pun berprofesi sebagai petani biasa yang setiap hari kesawah.

Bayangkan mondok puluhan tahun dan mungkin bagi Anda akan menganggap bahwa hal tersebut paling tidak jadi Kyai yang pandai ceramah. Namun faktanya ini malah berprofesi menjadi petani dan tdak sama sekali mengajar atau jadi penceramah. Anda heran? Saya apa lagi.

Contoh nyata lainnya Adik Saya sendiri dia lulusan SMK Kejuruan Bulakamba Brebes. Namun ia sekarang malah bekerja di Malasyia sebagai TKI yang setiap hari kerjanya ngurusi tanaman bonsai. 

Saya kira bukan masalah pendidikannya namun skillnya dalam menyelesaikan tugasnya. Tidak ada yang salah apalagi salah profesi jika ada dari kalangan rakyat jelata yang hanya berpendidikan SMP misalnya bekerja disebuah kantor atau perusahaan atau sebaliknya banyak yang berpendidikan tinggi seperti Mahasiswa hanya bekerja sebagai buruh atau wiraswasta. Contoh lain para TKW, padahal ijazah SMA lalu apakah Anda akan menyalahkan sebagai salah peofesi?.

Pada artikel kemarin Saya sudah menyinggung soal ini. Intinya tidak seperti apa yang diduga oleh Manusia. Manusia bisa benar dan salah dan inilah ciri khasnya manusia. Jika ada yang mengatakan salah profesi berarti secara tidak langsung telah melukai hati seseorang oleh karena itu sebaiknya tidak usah berbicara seperti itu jika belum melihat fakta yang sesungguhnya.

Sebagaimana yang diajarkan oleh para Kyai dan Ulama sebagai Guru Agama yang memberikan motivasi dan spirit agar dalam hidup ini senantiasa bersyukur. "Lain syakartum laa adzidanakum walain kafartum inna adzabi laasyadid" (jika kamu bersyukur niscaya akan Kutambahkan nikmatKu untukmu) al-ayah.

Bung Haji Rhoma Irama bolak balik melalui dakwah lagunya telah memberikan nasehat lewat beberapa syairnya diantaranya agar setiap manusia selalu bersyukur terhadap profesinya khususnya pada bidang pekerjaannya.

"Apapun pekerjaan syukuri dan juga ditekuni karena banyak orang siap mengganti" begitulah syair lagu bung Haji Rhoma Irama dalam judul "persaingan".

Seorang lulusan S1 belum tentu dapat diterima untuk bekerja disebuah perkantoran. Bukan dari perusahaannya yang menolak namun lebih kearah pribadinya masing-masing yang memilihnya. Terkadang ada yang tidak cocok saat ditempat kerja ada pula yang mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Lalu kini berpindah sebagai driver gojek.

Jangan pernah mengatakan hal tersebut sebagai pekerjaan hina apalagi dina. Seperti misalnya memberi masukan kepada seseorang bahwa pekerjaan tersebut tidak cocok untuknya. Jika hal ini terjadi, Saya yakin itu akan menyakitkan hatinya. Apa lagi sampai mengatakan salah profesi. Itu sama sekali tidak etis. Oleh karena itu mengapa tidak boleh sembarangan mengatakan salah profesi pada seseorang. Salah satu alasannya ya seperti itu. Menjaga perasaan seseorang sebagai privasinya, inilah pentingnya mempunyai adab terhadap sesama.

Saya tidak tega untuk mengatakan "salah profesi" kepada siapapun. Saya tahu bahwa pekerjaan tersebut tidaklah sesuai dengan pendidikannya. Masalah pribadi biarlah menjadi privasinya dan kita tidak berhak mencampuri urusan orang lain.

Banyak pepatah yang bilang "hidup itu sawang piwang artinya hanya sebatas angan-angan. Misalnya Saya memandang profesi seorang Jurnalis yang mungkin setiap harinya bergelut dengan ide dan pemikiran secara pribadi untuk menulis berita dan Saya mengatakan "enak ya jadi jurnalis cuma nulis dan dibayar". 

Contoh lain Saya tidak mengatakan "oh enak ya ternyata menjadi seorang penulis misalnya, tinggal nulis dan dimuat Kompasiana maka mendapatkan honornya atau "oh ternyata enak ya kerja dikantor tinggal duduk doang depan laptop dan dapat gaji". Jujur Saya belum pernah mengatakan hal tersebut sekalipun saudara atau teman. Kenapa? Karena belum tentu dengan apa yang Saya katakan tersebut benar-benar enak.

Adakalanya justru menjadi penulis itu ruwet, repot dan susah sebab harus benar-benar kredibel atau adakalanya bekerja dikantor itu justru pusing tujuh keliling sebab menghadapi berbagai pokok tugas yang numpuk dimejanya.

Jadi, hidup itu adalah Sawang pinawang dalam bahasa jawa seperti itu. Artinya kita memandang pekerjaan tersebut enak, mudah dan gampang namun yang ada adalah pusing tidak karu-karuan.

Sebaliknya orang yang berprofesi sebagai penulis, guru, dosen sesuai dengan pendidikannya ataupun lainnya pun sama, mereka akan melihat dari sudut pandang yang berbeda. Sebagai contoh katakanlah Saya seorang petani. Bisa saja mereka mengatakan "wah jadi petani itu enak ya? Dapat bayaran dari hasil jual padi dan lain sebagainya.

Perspektif yang demikian sudah lumrah dan wajar dikehidupan banyak orang pada masing-masing profesinya. Jadi kenapa tidak boleh mengatakan Salah profesi pada seseorang? Begitulah alasannya. Salam..

Samhudi Bhai 

Kompasianer Brebes Community (KBC) 68 Jawa Tengah-Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun