Ketika pada beberapa tahun lalu, Saya pernah jualan nasi goreng. Mungkin sudah 5 tahun ini jika dihitung dari tahun 2015 yang lalu. Nasi goreng tersebut kebetulan punya saudara Saya (lilik) kalau orang Jawa mah menyebutnya.
Lokasi saya berjualan dengan saudara tersebut tepatnya di pinggir di jalan pantura Brebes-Cirebon simpang tiga jalan Pejagan Ketanggungan Brebes.
Jaman tersebut mungking Nasi Goreng belum semahal sekarang yang dibandrol dari mulai harga 15 pada umumnyas/d 25 ribu rupiah jika beli disebuah restoran.
Setiap hari Saya dari rumah berangkat jam 04.00 sore dan sampai dilokasi jam 05.00 menjelang maghreb. Maklum jarak tempuh dari rumah Saya cukup jauh yakni di Bulakamba desa Jubang. Setiap hari Saya bersama Saudara dari rumah menggunakan becak dan setelah sampai dijalan Pantura Brebes Cirebon barulah naik kendaraan jenis Elf (semacam metreo mini) berdua  cuma bayar 5 ribu.
Kisah ini adalah real dan tidak pernah Saya lupakan, sebab disamping awal Saya belajar kerja setelah lulusan Madrasah, juga kala itu sedang senang-senangnya mencari kepada Ilmu termasuk Ilmu cara memasak.
Lokasi jualan nasi goreng Saya Alhamdulillah sudah mangkal dengan bayar sewa perbulan 200 ribu rupuah. Sangat murah bukan? Tapi itu dulu bro, orang aneka makanan nasgor saja masih rata-rata 3 ribu rupiah dan di Jakarta masih 5 ribu rupiah, baik mie rebus, mie goreng, kwie tiaw dan juga nasi goreng.
Mi enak adalah jika dirasa dimulut sang pelanggan selalu menjadi incaran, artinya pelanggan menjadi ketagihan itu baru namanya mie enak, luar biasa dan tidak menyangka mie rebus jualanku lah yang laris manis tanjung kimpul dagangan laris duit kumpul. Haha..
Mi enak itu akan menjadi kepuasan tersendiri bagi seorang pedagang di manapun dan siapa pun. Inilah yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi para penjual makanan termasuk Saya yang mendapat kepercayaan masyarakat sekitar Pejagan Tanjung Brebes.
"Mas mie rebusnya masih? Tanya seorang pelanggan ketika Saya sedang memasak nasi goreng untuk pesanan 15 belas orang. "Masih mbak, mau pesan berapa bungkus?" Tanya Saya, dua saja mas tapi dibungkus ya? Tandasnya.
Seperti itulah pada umumnya jika pembeli perempuan memesan makanan diwarungku. Namun jika yang beli seorang Pria maka akan disantap langsung dikios Saya tersebut. Mie rebusku ternyata laris manis. Alhamdulillah
Hampir setiap hari habis satu dus indomie rebus dan itu hanya dibanderol 3 ribu rupiah saja kala itu. Bayangkan jika mie rebus jaman sekarang dari penghasilan mi saja jika dikalikan 15 ribu sudah berapa duit? Itung aja sendiri, haha..