Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah -Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Isu Kudeta Demokrat, Moeldoko: "Jangan Dikit-Dikit Istana"

3 Februari 2021   21:32 Diperbarui: 3 Februari 2021   21:45 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti memberikan keterangan pers di kantor DPP Partai Demokrat , Jakarta, Senin (1/2/2021). AHY menyampaikan adanya upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa, di mana gerakan itu melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkaran kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.

Belum puas menyimak kasus Abu Janda sang pengobar semangat Nasionalisme ditubuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kesandung kerikil dalam mengcounter narasi buruk dari para radikalisme, kini kembali medsos diramaikan soal isu kudeta dari Partai Demokrat.

Warganet kembali bergejolak dalam menanggapi drama baperan dari Ketua Umum Parta Demokrat sehingga opini pun masing-masing berseberangan. Tanpa tedeng aling-aling lagi dengan expose penuh percaya diri AHY mengatakan adanya upaya kudeta ditubuh Partai Demokrat. Miris sekaligus mengenaskan.

Pasalnya, isu kudeta tersebut jumlahnya ada lima dan dari kelimanya berada di tubuh pemerintahan Presiden Joko Widodo, dan salah satunya adalah Jendral TNI (PUR) Moeldoko yang menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan.

Kudeta untuk siapa? Aya-aya wae eta mah. Jelas dong tindakan semacam ini merupakan bentuk lelucon belaka, menggelikan sekaligus memalukan.

Sementara itu menanggapi pernyataan hal ini, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko justru mengelak dengan memberi pernyataan bahwa semua yang dituduhkan pada Pemerintah terkait Partai Demokrat adalah tidak benar.

"Jangan dikit-dikit Istana. Dalam hal ini saya mengingatan sekali lagi. Jangan dikit-dikit Istana dan Jangan ganggu Pak Jokowi" ujar Moeldoko dalam konferensi pers pada hari senin 01/01/2021. (Cnn Indonesia)

Sebagaimana penuturan disampaikan oleh AHY bahwa kudeta yang ia maksud telah mendapat dukungan dari kalangan Menteri juga dikalangan Presiden Jokowi.

Hal inilah yang membuat AHY berkirim surat kepada Presiden Jokowi dengan niat untuk mengklarifikasi. Sedang Jokowi tidak tahu menau soal Demokrat, oleh karena itu lebih bagus jika diabaikan saja tidak usah direspon oleh Presiden Jokowi.

Melihat kejadian ini, saya prihatin dan benar-benar prihatin. Pasalnya, semua sudah pada tahu bahwa Partai ini suka sekali membikin drama yang tidak dapat untuk dimintai data validasinya. Sehingga hanya dengan bermain drama inilah mereka punya harapan dapat simpati dari masyarakat luas. Namun yang ada aduh, saya prihatin hehe..

Mungkin bagi mereka dengan adanya drama ini berharap agar Presiden Jokowi mau memberi pernyataanya kemudian setelah itu baru mereka jadikan untuk bahan gorengan. Namun yang terjadi faktanya tidak. Yang ada justru saya yang jadi Prihatin melihat hal ini.. hehe..

Presiden Jokowi itu orang cerdas dan pinter maka saya pun yakin tidak akan dengan semudah itu untuk memberikan pernyataannya segampang yang di lontarkan oleh AHY.

Oleh karena itu jika menurut saya untuk merespon soal ini hanya satu saja kuncinya yakni mendiamkannya sehingga dengan seperti itu mereka bakal berhenti sendiri dan biarkan mereka hareudang-hareudang panas-panas hehe..

Soal drama dari Demokrat hal ini bisa saja untuk senjata framing mereka agar presiden jokowi ikut terlibat dalam kudeta. Jika sampai terjadi, maka tindakan ini bisa dikatakan sebagai simbol orang pengecut sebab nyata menghancurkan citra pak Jokowi.

Jika pun melihat dari gaya Demokrat apa bila kita lihat peristiwa ini justru yang ada ia sedang atau bermain-main api yang sesungguhnya. Bisa dibilang sebagai pemantik juga karena mengundang berbagai masalah secara terbuka dan secara terang-terangan yang lebih luas.

Sedangkan di sisi lain Presiden Jokowi dikaitkan dan tentu Beliau tidak tahu menau soal ini. Apa urusane? Oleh karenanya saya beropini bahwa hal tersebut AHY sebaiknya tidak usah bawa-bawa Presiden apa lagi minta agar kudeta tersebut diklarifikasi. Enak sajah. Haha..

Minta saja klarifikasi pada kelima yang dituduhkan tersebut. Sebagaimana yang sudah Moeldoko klarifikasikan, tinggal tunggu yang lainnnya terkait tuduhan kudeta pada ke empatnya.

Partai Demokrat sebenarnya bukan siapa-siapa sih karena partai ini sudah tidak sebesar dulu sewaktu masih dijabat oleh SBY bapaknya. Tentu jelas beda jauh dong dengan sekarang, karena Demokrat sekarang mah hanya menuju sebuah mimpi dari kegagalan yang tadinya partai kecil akan tetap sebagai partai mini.

Buat apa harus kudeta? Dipikir secara logis jika Jokowi mau kudeta tentu bukan dengan partai kecil yang lemah tidak dapat ngapa-ngapain seperti partai Demokrat yang dipimpin oleh AHY. Tentu jauh lebih baik apa bila ingin kudeta dengan Gerindra ataupun PDIP kan gitu.

Kepala Staf Presiden Moeldoko meminta persoalan Partai Demokrat tak dikaitkan dengan Istana dan Presiden Jokowi. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Kepala Staf Presiden Moeldoko meminta persoalan Partai Demokrat tak dikaitkan dengan Istana dan Presiden Jokowi. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Sekalipun ada benarnya, andaikan ingin kudeta namun ngak harus juga AHY gembar gemborka. Pasalnya belum tentu sikon yang ia mau sesuai dengan harapannya untuk menyukai. Justru yang ada adalah kegaduhan dan berisik belaka.

Kendati keributan terkait isu kudeta ini telah memicu sudah dari semua kalangan baik pengamat politik maupun maupun dari internal pada umumnya.

Isu kudeta digembar gemborkan oleh AHY tersebut tidaklah benar, AHY harusnya bilang saja jika ingin mencari panggung demi ambisi kuasanya dan kelancaran dalam politik praktisnya.

Sampai disini mari kita simak saja terlebih dahulu kemana arah larinya dari AHY ini. Sebab bisa saja para pelakunya dari berbagai kalangan. Alangkah lebih baik jika mau belajar pada pernyataan sebelumnya ditubuh Demokrat. Mereka bisa saja bukan secara harfiah dalam mengartikan kudeta, namun dalam bentuk lain yang lebih spesifik kembali. Tentu dong tujuannya sebagai alat untuk bermain playing victim.

Sementara itu, Jendral Moeldoko sang staf Kepresidenan telah angkat bicara diantaranya agar menjadi seorang pemimpin tidak mudah untuk baperan. Seorang pemimpin itu harus kuat dan tahan banting dari situasi apa pun.

Nah, kisah selanjutnya bagaimana ceritanya ini kapten AHY? Masa ingin menjadi kapten tangguh saja ngak bisa mengendalikan sebuah kapal. Baru juga mengarungi pinggiran samudra yang dangkal pun itu sudah membuat kapal menjadi olen kapten..? Haha..

Ternyata menyelami hati seorang Ketum Demokrat itu lebih gampang ya? dari pada mengarungi samudra lautan yang real dan luas. Salam..

Samhudi Bhai
Kompasianer Brebes Community (KBC) 68 Jawa Tengah-Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun