Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah -Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Cara Menyikapi Penghasilan Istri dalam Mencari Nafkah

12 Desember 2020   07:30 Diperbarui: 12 Desember 2020   07:38 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah tidak asing lagi bagi kita mendengar Tenaga Kerja Indonesi (TKI) yang bekerja diluar negeri dengan alasan demi menafkahi keluarga dikampung.

Stigma pada suami dirasa tidak cukup dalam memberi nafkah anak dan istrinya yang menjadi faktor utama adanya TKI. Rata-rata satu jawaban yang sama yakni demi mencukupi kebutuhan keluarga dan demi masa depan si buah hati.

Sudah selayaknya sebagai suami didalam rumah tangga tugas utamanya adalah menafkahi anak dan istri. Namun justru dijaman sekarang kebalikannya, walau tidak semua istri yang mencari nafkah.

Stigma pada suami seharusnya malu ketika pada diri dan tetangga sekitar khususnya yang tentu menjadi buah bibir dimasyarakat sekitar lantaran istri seseorang tersebut bekerja diluar negeri.

Sisi lain yang menunjang sang istri bekerja diluar negeri seperti Arab, Hongkong, Abudabi, Taiwan dan lain sebagainya adalah faktor ekonomi yang mayoritas pedesaan susah untuk untuk hidup pas apalagi berkecukupan.

Para TKI ini rata-rata dari Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Merka ada sukses ada yang sebaliknya menemui kegagalan dalam cita-cita meraup dollar namun malah tersandung kasus diluar negeri. Sebagai contoh TKI Marsinah.

Stigma pada suami yang dirasa tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup dalam maghligai rumah tangga membuat para kaum hawa mengeluh. Alasannya sederhana penghasilan suami tidak memadai untuk makan sehari-hari.

Hal tersebutlah sering kali terjadi kesalah pahaman. Padahal semiskin apa pun kondisi dalam rumah tangga sang istri tidak berhak berani pada suami.

Suami dalam rumah tangga adalah tulang punggung bertanggung jawab penuh serta berperan utama dalam memimpin keluarga yang wajib untuk ditaati sesuai dengan janji pada akad nikah.

Berikut Tiga Cara Menyikapi Istri Dalam Mencari Nafkah Untuk Keluarga Tercinta

1). Bersikap dewasa dalam menghadapi berbagai kemelut rumah tangga sekalipun isrti yang bekerja

Adalah bumbu sebagai penyedap masakan dan ini pasti sebab umumnya dalam rumah tangga terjadi pertengkaran, salah paham, cecok dan lain sebagainya karena ekonomi.

Bagaimana pun bentuk makanan seperti masakan opor Ayam, telur rendang dan lain sebagainya akan terasa hambar apa bila dalam memasaknya tanpa bumbu.

Begitu pula hal nya hidup dalam rumah tangga tanpa masalah atau kesalah pahaman adalah mustahil. Sekalipun hanya konflik kecil-kecilan yang pasti problematika seperti itu ada.

Bersikap dewasa dalam menghadapi situasi semacam ini perlu diterapkan dalam rumah tangga demi keberlangsungan menjaga harmonisasi dialam sebuah hubungan keluarga.

2). Mengalah untuk menang pada istri keniscayaan yang pasti untuk nafkahi keluarga

Rusaknya suatu hubungan dalam hal apapun seperti pekerjaan, percintaan, perteman dan lain sebagainya dapat rusak apa bila dari salah satu pihak tidak ada yang mau untuk mengalah.

Mengalah bukan berarti kalah, justru mengalah adalah untuk menang demi status tersebut. Biasa kita menemui masalah pada teman pada pekerjaan dikantor atau pun pada hubungan dua sejoli yang sedang dimabuk cinta.

Begitupun sikap kita dalam rumah tangga termasuk sang istri. Hanya gara-gara anak ingin jajan dan orang tua berantem misalnya. Si istri mengatakan jangan dikasih dengan alasan sudah jajan dan suami mengatakan dikasih karena sayang anak. Berantem yang ditimbulkan dalam soal ini sering terjadi akibat tak ada yang mau mengalah dikedua pihak.

3). Jangan ada dusta didalam sebuah rumah tangga sehingga pekerjaan lancar

Seorang ojol wanita yang bekerja untuk keluarga/tabloidbintang.com
Seorang ojol wanita yang bekerja untuk keluarga/tabloidbintang.com
Hal ini penting untuk saya utarakan. Sekalipun saya sendiri berstatus jomblo belum pernah nikah namun tak ada yang salah bagi-bagi pengalaman.

Istri yang bekerja dalam memenuhi kebutuhan keluarga alias sebagai pencari nafkah boleh-boleh saja apa bila sudah ada kesepakatan dalam pihak keluarganya. Misalnya ingin keluar negeri, ingin menjadi ojol dan lain sebagainya. Sang suami bekerja dirumah mengurus anak-anak bersama orang tuanya. Tidak menjadi masalah dan sah-sah saja. Bahkan lebih baik seperti itu dari pada tidak bekerja sama sekali.

Nyata dan bukti pun ada jika sudah berbicara kejujuran khususnya dalam rumah tangga. Banyak teman saya dari cewe yang berstatus menjadi janda hanya perkara sepele seperti contohnya menyuruh suami agar bekerja yang menghasilkan lebih banyak dan cukup.

Prioritas utama dalam membina sutu hubungan adalah kejujuran. Bahkan untuk mengingatkan kita semua dalam hal kejujuran banyak lagu-lagu yang menginspirasi hidup agar berlaku jujur.

Jangan ada dusta diantara kita sebuah lagu dari Broery Marantika dan Dewi Yul. Lagu ini mempunyai nilai postif untuk mereka-mereka dalam kisah kasih membangun hubungan percintaan.

Saya juga sama tiap kali ada yang sukai tidak serta merta saya telan cintanya akan tetapi akan saya pahit-pahitin dulu termasuk tentang saya ini anak orang miskin, kerja sebagai kuli dan lain sebagainya. Hal ini bagi saya adalah penting agar tidak kecewa nantinya dalam membina rumah tangga.

Berbicara tentang stigma pada suami sebenarnya banyak macam dan ragamnya yang berbeda- beda mulai dari faktor ekonomi, lingkungan, dan faktor lainnya.

Stigma pada suami bukan hanya terjadi pada TKI sebagai tenaga kerja yang memburu dollar di luar negeri.

Tukang ojol wanita, tukang sayur, pembantu rumah tangga dan lain sebagainya merupakan salah satu contohnya dari beberapa wanita yang bertugas menggantikan posisi suami dalam mencari nafkah.

Semoga dengan kisah nyata yang terjadi seperti stigma pada suami dapat kita jadikan pelajaran sebagai pedoman hidup. Bahwa hidup dalam sebuah rumah tangga tidaklah semudah membalikan telapak tangan.

Samhudi Bhai

Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah-Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun