Hidup dalam kondisi serba sulit seperti pada masa pandemik sekarang ini bagi sebagian orang khususnya dalam perekonomian yang menjadi kendala utama mereka sehingga akan berakibat terhadap tekanan psikologis.
Sebagai contoh para pekerja serabutan misalnya atau para pedangang kecil-kecilan guna menyaingi tuntutan hidup bagi keluarganya. Mereka rela berprofesi seperti itu demi menafkahi keluarga.
Beban generasi sandwich terasa berat banyak dialami orang-orang diluar sana jauh lebih banyak lagi yang merasakannya akibat dampak pandemi.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya hidup serba berkecukupan alias bisa bebas kemana pun pergi namun tidak untuk sekarang, terjepit, susah dan kesulitan lainnya yang berkaitan dengan ekonomi.
Hal inilah yang tanpa dengan disadari dari hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun terus masuk pada masa kesulitan, itu artinya kita sedang mengalami apa yang dinamakan dengan Generasi Sandiwch.
Lebih jelasnya tentang gambaran ini adalah posisi serba susah secara menyeluruh diantara sebelumnya yakni terjadi secara turun temurun dari orang tua lalu berlanjut kepada anak. Kondisi turun temurun seperti inilah yang disebut Generasi sandwich.
Seperti saya contohnya sebagai anak utama dalam sebuah keluarga. Walau saya sendiri faktanya belum berkeluarga, namun saya tulang punggung keluarga harus menanggung antara keluarga saya dan khususnya orang tua saya. Lalu Bagaimana jika sudah begitu?
Saya tidak akan menyalahkan orang tua atau pun keluarga. Sebab bagi saya merupakan suatu kewajiban yang muthlak harus dijalani. Bagaimanapun ia adalah orang tua yang telah dengan susah payah semamlu orang tua membiayai hidup keluarganya. Termasuk sekolah.
Perlu untuk digaris bawahi kesulitan dari pada generasi sandwich itu bukan dari orang tua atau pun anak. Jangan terus berasumsi bahwa ini adalah kesalahan orang tua yang tidak membekali demi masa tuanya. Tidak bisa seperti itu.
Tekanan psikologis yang terjadi karena kita tidak menyiapkan dari sedini mungkin atau jauh-jauh hari dipersiapkan untuk masa depan. Sehingga jika hal tersebut tidak ada dalam kehidupan kita maka bersiap-siaplah menjadi generasi sandwich.
Beban generasi sandwich memang berdampak luar biasa. Seperti contohnya kita bakal kehilangan pekerjaan karena dinilai tidak mencukupi juga akan berpengaruh pada daya kesehatan juga.
Stop stress, jangan biarkan berlarut-larut generasi sandwich ini menyerang kita. Sebab jika dibiarkan dalam keterpurukan akan berpengaruh pada keluarga hingga berpengaruh pada orang tua kita.
7 Tips Sederhana Cara Mengatasi Generasi Sandwich
1). Berusaha semaksimal mungkin bagi generasi sandwich untuk bekerja, jangan terus menerus mengandalkan orang tua sebagai senjata ekonomi agar dibantu. Sekalipun faktor ekonomi tersebut perlu dibutuhkan bagi generasi sandwich.
Daya kemampuan itu masing-masing mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Cobalah untuk sebaliknya membantu orang tua dari hasil usaha kita sendiri. Sebab banyak jalan menuju roma.
2). Melakukan pengaturan ekonomi atas keluar masuknya penghasilan juga perlu diperhatikan bagi generasi sandwich bagaimana cara untuk membaginya agar sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Jika perlu dicatat pakai buku tentang bagi penghasilan untuk keluarga sendiri dan untuk orang tua khususnya. Jangan sampai salah pengeluaran yang justru akan menambah tekanan psikologis.
Beban generasi sandwich khususnya, apa bila penghasilan dirasa sedikit maka sesuaikanlah. Pasalnya, pengeluaran yang lebih besar dibanding pendapatan maka boleh mencari inisiatif sendiri guna menambah penghasilan.
Sebagai contoh gaji dipabrik kurang memadai untuk generasi sandwich maka boleh bekerja dilain pabrik tersebut entah itu kuli atau berkerja sebagai serabutan.
3). Cara lain agar generasi sandwich ini bertahan dari tuntutan hidup keluarga dan orangtua, kita bisa tinggal dengan satu rumah orang tua artinya keluarga kita semua boyong menempati rumah orang tua kita. Harapan yang dapat kita ambil dari satu rumah dengan ortu ini adalah meminimalisirkan pendapatan sesuai dengan kondisi rumah orang tua tersebut.
4). Selanjutnya bagi generasi sandwich yang sudah mempunyai rumah sendiri khususnya. Bisa dijual atau dikontrakan atau disewakan. Harapannya adalah agar rumah dapat menjadi aset tersendiri bagi generasi sandwich tersebut.
5). Jika sudah melakukan hal tersebut langkah yang diambil adalah hindari memborong barang-barang mahal dalam rumah tangga. Utamakan kebutuhan primer dari pada sekunder, ini yang harus dijadikan prioritas bagi generasi sandwich.
Biasakan disiplin karena akan bermanfaat khususnya bagi generasi sandwich. Disiplin bukan hanya mematuhi tentang protokol kesehatan selama pandemik.
Disiplin dalam generasi sandwich adalah uang jangan borong macam-macam kebutuhan jika memang tidak benar-benar dibutuhkan. Jika sampai ingin membeli apa pun yang bernilai mahal ada baiknya via rembugan disit.
Saya tahu bahwa kemampuan atau skill seseorang dalam mencari ekonomi di dalam rumah tangga memang berbeda-beda. Tidak semua orang punya saudara kandung. Jika pun mempunyai sodara kandung langkah pinjam meminjam pada sodara kandung juga bisa dilakukan oleh para generasi sandwich.
6). Generasi sandwich harus bisa untuk dituntut agar dapat memanajemen apapun yang terkait dengan keuangan. Harapannya agar menjadi terbiasa sehingga hal ini pun akan mengurangi resiko dari pada beratnya menanggung beban hidup bagi generasi sandwich.
Kas keuangan dalam rumah tangga sebagai jaminan hari tua atau keperluan musibah dan lain sebagainya untuk asuransi pribadi juga perlu untuk diadakan bagi generasi sandwich. Hal yang lain adalah BPJS yang juga akan membantu kita diakhir masa nanti.
7). Sebagai tambahan apa bila mempunyai rekening bank penting juga dibuat dana hari tua untuk keluarga dan orang tua kita pribadi pada bank atau diperusahaan-perusahaan yang menyediakan dana pensiunan dengan harapan dana tersebut bermanfaat saat hari tua atau pensiun.
Semoga bermanfaat.
Samhudi Bhai
Kompasianer Brebes Communty (KBC)-68 Jawa Tengah Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H