Hmmm..dari segi masakan ayamnya saja sudah enak, aroma kuahnya sangat menyengat hidung. Sambal dipisah dalam sendok mau pedes dan tidaknya kita yang atur.Â
Sedikit saja sambel yang ada disendok kita tuangkan campur adukan dengan mie maka yang kita rasakan pedes poll bikin sampe mangap-mangap.
Bukan cuma itu, dari segi sayuran terasa seperti kenyal-kenyal dilidah tekturnya lembut. Orang menyamakannya seperti makan jamur ketika memakan sayuran warna hijau yang bernama sawi ini.
Saya salut bagi sosok kang roni yang dapat mengimplementasikan dengan kondisi pandemi saat ini. Jauh lebih murah dengan harga diluar sana yang terbilang mahal pake banget.
Saya pernah makan mie ayam pada setahun yang lalu tepatnya saat pilpres 2019 ketika kampanye Jokowi di alun-alun brebes-jateng disebuah pinggiran jalan tapi seperti ruko lokasinya.
Ketika makan diwarung atau diwarteg umumnya langsung makan saja masalah harga belakangan.Â
Begitu pula dengan saya dan pada saatnya bayar ternyata mie ayam sama minum es teh manis Rp. 17.000.00 lalu berapa harga mie ayamnya? Itu dikampung loh.Â
Saya menganalisa demikian, setiap ada tontonan atau acara dangdut dan lain sebagainya. Para penjual main getok harga saja. Mungkin mumpung ada kesempatan kali, mumpung ramai.
Itulah pengalaman saya menyikapi sikon sekarang terkait jajan dalam perjalanan baik diterminal atau statsiun atau tempat keramaian ada baiknya tanya dulu biar ngak nyesel diakhir kemudian.
Rasa mie ayam biasa saja, enak juga tidak, uda gitu ayamnya sedikit, mienya juga sedikit tapi harganya banyak. Gak sesuai kan?
Mending jika punya duit banyak hal itu tdak masalah namun jika duitnya pas-pasan yang ada pulang kehabisan bensin melongo kita tidak dapat beli bensin.