Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah -Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Perempuan Lebih Disayang Ayah Ketimbang Laki-Laki

23 Oktober 2020   18:51 Diperbarui: 23 Oktober 2020   18:58 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang Ayah di dalam rumah tangga sudah tentu memimpin rumah tangga. Yakni mencari nafkah demi anak istrinya adalah tugasnya seorang Ayah sebagai tanggung jawab utama.

Mencari nafkah setiap hari demi anak istrinya yang hanya mengandalkan bekerja sebagai buruh atau petani akan mengalami kesulitan yang lebih berat ketimbang yang lain.

Sudah tentu berat, apa lagi di masa pandemi saat sekarang ini di mana sebagian pekerja kantor terkena dampak dari pandemi covid-19 sehingga diberhentikan dari kerjanya. Namun itulah hidup. Roda berputar berjalan.

Sebagai kepala keluarga wajib mencukupi kebutuhan istri dan anaknya. Apa pun pekerjaan itu akan dilakukannya demi ekonomi agar kelangsungan hidup dapat dijalaninya. 

Banting tulang memcari nafkah. Kaki jadi kepala dan kepala jadi kaki, seperti itulah ibarat orang mengatakan, Bagi mereka para buruh seperti petani, tukang becak, tukang bangunan serta yang lainnya.

Seorang Ayah ketika sedang dalam keadaan makan di tempat kerja pun masih memikirkan anaknya. Terkadang tukang becak ketika dapat bingkisan atau makanan berupa nasi, tidak serta merta dimakan. Akan tetapi disisihkan untuk anaknya. 

Hal ini pernah saya jumpai sendiri dengan bapak pengayuh becak kala itu sebelum dirazia sekitar tiga tahunan yang lalu, di jalan plumpang semper jakarta utara. Yang mangkal di tepi jalan.

Terperangah saya dibuatnya dan terenyuh. Ketika saya tugas dengan tiga teman lainnya dalam rangka jumat berkah dengan bagi-bagi makanan dari RT kelurahan setempat.

"Buat anak saya dirumah kasihan belum pernah makan enak kayak gini.." ujar bapak ini setelah menerima nasi kotak dari tim saya.

Lalu saya bertanya tinggal di mana bapak dan anaknya berapa. Bapak tersebut menjawab ada tiga yang satu cewek yang dua cowo. Dan nasi tersebut yang disisihkan menurut bapak tukang becak ini untuk anaknya yang cewe.

"Karena dia cewe sendiri dan bontot sedang yang kedua adalah kakaknya yang sudah gede.." Jawabnya. 

"Kenapa yang dua tidak dikasih pak nanti ngiri gimana pak.." tanya saya.

"Alhamdulillah kakaknya sudah pada ngerti, Saya lebih sayang anak cewe dari pada anak laki-lakinya. Walaupun dalam hal ini semua disayang.." tuturnya.

"Ya sudah ini buat bapak satu dan ini buat anaknya yang dirumah ya pak. Sembari saya sodorkan tiga buah nasi kotak ke bapak tersebut. Alhamdulillah terima kasih banyak ya mas.." Kata bapak tersebut.

Kasih sayang orang tua terhadap anaknya begitu besar. Rasa inilah yang tidak semua orang memiliknya, sebab banyak di antara para orang tua yang lain tidak memperhatikan keluarganya.

Ada kalanya Ayah dan anak perempuan demi apapun yang penting anak perempuan tersebut sukses. Itulah salah satu peran besar seorang Ayah dalam menafkahi keluarganya. 

Saya terkadang merasa miris ketika melihat seorang Ayah dan anak perempuannya yang terkadang ikut mencari nafkah di jalan. Mereka para pencari barang bekas.

Ketika lelah dalam aktifitasnya mereka hanya dengan beralas koran tidur pinggir jalan dan sang anak tidur di dalam gerobak sampah miliknya yang didorong. 

"Ada dua cewe cowo tapi yang cowo saya tinggal dirumah karena saya lebih kasihan sama anak yang cewe kalo ditinggal dirumah nangis terus lantaran digangguin kakaknya kalo main.." ujar bapak pemungut sampah botol bekas ini.

Kisah mereka patut kita teladani sebab orang tua yang baik dalam hal ini dalah seorang Ayah yang bertanggung jawab terhadap anak dan istrinya.

Sungguh potret kehidupan yang penuh hikmah dari setiap perjalanan orang-orang yang memikul tugas berat dalam rumah tangganya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun