Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Editor - Bhinneka Tunggal Ika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Coretan Seorang Jofissa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serba Salah Jadi Kyai NU

5 Oktober 2020   10:06 Diperbarui: 5 Oktober 2020   10:09 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ulama NU dekat dengan pendeta, mereka bilang; "Ulama Liberal."

Kalau ulama mereka dekat dengan pendeta, mereka bilang; "Ulama Cinta Damai."

Kalau ulama NU dekat dengan Pengusaha, mereka bilang; "Ulama Duniawi."
Kalau ulama mereka dekat dengan Pengusaha, mereka bilang; "Strategi Dakwah."

Kalau ulama NU bertemu Penguasa, mereka bilang; "Ulama Suu' penghamba rezim dzalim."
Kalau ulama mereka bertemu Penguasa, mereka bilang; "Ulama harus berbaik-baik dgn Umaro'."

Kalau situs NU salah kutip berita, mereka bilang; "Dasar tukang dusta."
Kalau situs mereka tiap hari menyebar hoax, fitnah dan dusta, mereka bilang; "Itu dakwah dunia Islam."

Kalau NU memaafkan Ahok yang didzalimi, mereka sebut "NU kaum munafik."
Tapi kalau mereka merangkul Hary Tanoe itu disebut "membela orang teraniaya."

Kalau NU membela sejumlah qaul penafsiran ayat 51 QS. al-Maidah, mereka sebut itu "pemerkosaan ayat untuk bela kafir penista agama."
Tapi kalau mereka sendiri memperjualbelikan ayat untuk kepentingan korupsi dan politisasi agama itu disebutnya "jihad bela Islam, bukan penistaan ayat Quran."

Kalau NU dapat bantuan dari pemerintah, itu disebut "NU jual diri ke penguasa."
Tapi kalau mereka minta minta proyek atau bansos ratusan miliar di APBN/APBD tiap tahun itu disebutnya "dukungan pemerintah untuk perjuangan umat Islam."

Kalau NU mendukung pembubaran HTI, NU disebut "mendukung rezim otoriter anti demokrasi anti Islam."
Tapi kalau mereka memberontak ke NKRI dan menyebut Pancasila thaghut dan syirik, itu disebutnya "menegakkan syariat Islam."

Kalau NU mengutuk terorisme, itu disebut "pengalihan isu." Kalau ada teroris ditembak mati itu disebut "pelanggaran HAM dan memusuhi Islam."
Tapi kalau mereka sendiri bikin teror ke masyarakat hingga mengancam kehidupan bangsa, maka itu disebut sebagai "amar makruf nahi munkar."

Kalau ada seorang ulama wafat, disebut "mati tidak wajar atau suul khatimah (na'udzubillah)."
Tapi kalau teroris mati dan dikuburkan itu disebut "jasadnya harum wangi."

Inikah gambaran yang haq dibilang batil, yang batil dibilang haq?

Jangan biarkan ulama Kita dibuly oleh mereka yg haus kekuasaan sesaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun