Puasa di Skandinavia Lebih dari 19 Jam
Sementara itu, Zulfa Sakhiyya, seorang staf pengajar di Universitas Negeri Semarang bercerita di akun facebooknya tentang puasa di Skandinavia. Saat ini dia sedang berada di Kota Kobenhavn (Copenhagen), Denmark untuk mengikuti sebuah conference yang kebetulan dihelat saat bulan Ramadhan. Dalam statusnya dia menulis,
“Balada puasa di Skandinavia,
Imsak jam 2.25 pagi
Maghrib jam 9.51 malam”
Puasa di Denmark berlangsung lebih dari 19 jam dikarenakan waktu siang yang lebih panjang dan waktu malam yang sangat pendek sehingga jarak antara buka puasa dengan sahur berikutnya sangat singkat. Dalam komentar di status tersebut, ada salah satu temannya yang nyeletuk, “Cari restoran dengan porsi makanan yang banyak saat berbuka puasa, sebagian dibawa pulang ke hotel dan dihangatkan untuk sahur,” Ada juga yang menyarankan untuk berpuasa mengikuti fatwa Darul Ifta Al Mashriyah atau berpuasa mengikuti waktu Makkah saja, hal ini memang dibolehkan menurut sebagian ulama untuk daerah yang waktu puasanya sangat ekstrim. Atas waktu siang yang sangat panjang tersebut, Zulfa melihatnya dari sisi positif, “Dengan waktu siang yang panjang berarti tersedia lebih banyak waktu produktif,” tuturnya.
Demikian kisah puasa dari tiga benua berbeda. Bersyukurlah Kita di Indonesia yang menikmati Ramadhan sebagai “ummatan wasathan” (dalam kasus ini Saya maknai sebagai umat yang benar-benar berada di bagian tengah Bumi) sehingga waktu puasa relatif stabil dari tahun ke tahun. Maka nikmat Allah manakah (lagi) yang Engkau dustakan?
Penulis Sam Elqudsy
Sumber : Akun Facebook Feb Azimatus, Arie Pujiwati, Zulfa Sakhiyya
Tulisan pertama kali dimuat di Darussalam Centre
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H