Sebagian orang mungkin berpikir bahwa kualitas intelektual Rizal bisa membuatnya eksis di mana pun. Menjadi pengajar atau peneliti, misalnya. Atau seperti yang dilakoninya sekarang sebagai aktivis dan oposan pemerintah.
Sayang di sayang, Rizal Ramli telah meninggalkan kita. Ketika materi dan kuasa tidak mampu membengkokkan dirinya, penyakit terus menggerogoti diri. Saya yakin, Rizal yang rasional itu sudah berpasrah diri ketika dokter memvonisnya dengan kanker pankreas. Dia mungkin sadar akan dipanggil Tuhan, tetapi pasti masih berhasrat untuk perubahan negeri.
Selamat jalan, Rizal Ramli!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H