Mohon tunggu...
Samdy Saragih
Samdy Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca Sejarah

-Menjadi pintar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, membaca. Kedua, berkumpul bersama orang-orang pintar.- Di Kompasiana ini, saya mendapatkan keduanya!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Beruntungnya Deltras

15 Januari 2012   14:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:51 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang bupati juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi secara terbuka dia sempat mengatakan keikutsertaan Deltras di ISL adalah murni keputusan CEO. Pemkab Sidoarjo ikut saja. (Coba tafsirkan suara hatinya di sini)

Ini sebuah kejujuran. Dalam hati sebetulnya ingin IPL tapi apa daya tangan tak sampai. Nasi sudah menjadi bubur. Nama Deltras yang semula Delta Putra Sidoarjo pun kini diubah oleh sang pemilik baru menjadi Delta Raya Sidoarjo. Perubahan ini memang tidak merubah singkatan, meski pasti banyak yang kecewa. Seperti halnya banyak bonek tak setuju Persebaya menambah embel-embel 1927. Begitupun ketika Arema Malang berubah nama menjadi Arema Indonesia.

Sikap Saiful Ilah ini bisa menjadi contoh bagi pemilik klub-klub IPL. Perbaikilah lapangan dan fasilitas stadion! Tidak ada tempat dari suatu daerah yang paling sering masuk kamera secara nasional selain stadion sepak bola! Coba bayangkan bila dalam setahun ada 12 pertandingan kandang. Ditambah lagi ada beberapa review pertandingan dari beberapa stasiun televisi. Apakah tidak malu jika lapangannya bopeng dan berlumpur ketika hujan?

Ketua Umum PSSI Djohar Arifin pernah mengatakan akan memprioritaskan perbaikan stadion. Menurutnya yang paling penting adalah lapangan yang berstandar internasional. Ini ide bagus. Sayang sekali Djohar sedang sibuk menghadapi aneka gangguan dari klub-klub yang, ironisnya, beberapa di antaranya diketuai bupati atau walikota.

Saya menaruh simpati kepada Saiful Ilah. Bupati satu ini benar-benar contoh ideal seorang kepala daerah dalam transformasi sepak bola Indonesia: dari ditopang APBD menjadi murni profesional. Di mana klub didanai swasta, sedangkan uang rakyat dipakai memperbaiki sarana olahraga termasuk stadion. Tapi sayang, dia terbuai ketika didatangi "penyelamat" yang kemudian mengubah haluan Deltras.

Tapi nasi sudah jadi bubur. Saiful hanya bisa "bermimpi" main di IPL. Sedangkan yang bertanding di IPL adalah mereka yang mimpinya terwujud untuk bermain di liga profesional. Sudah sepatutnya kepala daerah yang klubnya ikut IPL mengikuti jejak Saiful. Fasilitas yang oke adalah ciri liga profesional sejati.

Oh iya. Ini bukan berarti ISL berhasil membuat liga profesional. Tapi beruntung saja backing-nya berhasil membeli klub yang kepala daerahnya berpikir maju. Sama seperti Persib yang pemdanya sudah membangun stadion megah bernama Gedebage.

Akhirul kalam saya ingin menagih janji M Nigara, direktur Gelora Bung Karno. Dia pernah bilang bakal merenovasi lapangan tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan. Ini harus segera dilakukan supaya Indonesia tak malu stadion kebanggannya becek ketika hujan, bopeng ketika kering. Sedangkan orang yang paling bertanggung jawab mengurusnya justru sibuk berwacana mengambil alih PSSI. Weleh..weleh...

Salam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun