Mohon tunggu...
Samdy Saragih
Samdy Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca Sejarah

-Menjadi pintar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, membaca. Kedua, berkumpul bersama orang-orang pintar.- Di Kompasiana ini, saya mendapatkan keduanya!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Nyalla Epigon Mukadar

3 Januari 2012   03:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:25 3010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, wacana Nyalla bagi saya tidak mencerminkan pemahaman dirinya atas seorang Dahlan Iskan. Belum lagi, Dahlan adalah seorang out the box tulen, yang tidak suka dengan tabiat dan mental pemilik suara di PSSI atau seperti Nyalla yang positivistik. Saya haqul yakin, Dahlan setuju dengan konsep konsorsium sebagai satu-satunya alternatif untuk klub-klub saat ini.

Kalau mau jujur, saya sebetulnya menghendaki agar Dahlan bisa memimpin PSSI, jauh lebih dahulu ketimbang Nyalla. Tapi itu hanya bisa terjadi dengan cara-cara Dahlan memperoleh jabatan selama ini: diminta atau karena keadaan yang mendesak. Sedangkan kondisi PSSI jelas tidak seperti ini. Kalaupun sekarang tampak mendesak, itu akibat ulah orang-orang yang mengkondisikan keadaannya menjadi seperti itu.

Lantas, apakah motif Nyalla dengan pencalonan Dahlan ini? Bagi saya cukup sederhana. Selain sebagai obsesi untuk menjadi seperti Saleh Mukadar, dia pun secara pribadi ingin mendapat "suntikan" dukungan. Mengajukan salah satu pejabat paling populer di Indonesia saat ini, serta pula orang Jawa Timur asli, tentu bisa menjadi modal politik baginya di pemilu 2014 nanti.

Apakah saya akan melihat wajahnya kembali di Jalan Ahmad Yani di tahun 2014 nanti? Barangkali tidak, sebab saya bisa jadi tidak lagi di Surabaya dua tahun mendatang. Tapi pastinya dia ingin lebih dari sekedar kampanye seperti tahun 2009, melainkan mendapatkan jabatan politik yang diidam-idamkannya. Seperti Indah Kurnia, juga Saleh Mukadar.

Memang beginilah ujung-ujungnya: politiiiiiiiiiiiiiik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun