Kesimpulan saya ini mungkin akan ditertawakan oleh orang-orang apalagi psikolog. Tapi kita semua berkepentingan agar tidak ada lagi orang-orang nekat yang mengorbankan diri dan orang lain demi hasrat dalam dirinya.
Ini semua katanya faktor kejiwaan. Tapi ada hubungannya dengan pikiran dan tubuh. Dalam ajaran agama, jiwa itu abadi, sedangkan tubuh itu sementara. Menurut Descartes, jiwa dan tubuh itu terpisah, dualisme.
Tapi apakah kita rela jika jiwa yang kekal itu sudah rusak sedari dunia ini. Kita tidak tahu apakah jiwa yang seperti itu bakal terbakar di neraka atau malah bercanda bersama bidadari di surga. Atau jangan-jangan ini bukan soal jiwa, melainkan pikiran semata. Sehingga otak---yang adalah bagian tubuh sebagai pusat berpikir---akan jadi tanah dan memang tak kekal.
Waduh, saya sendiri jadi bingung. Tapi syukurlah, saya bukan psikolog!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H