Di balik kelemahannya itu, satu hal yang dapat dicontoh darinya adalah obsesinya merangkul segenap kekuatan politik. Dari satu sisi ini mungkin didasarkan motif psikologis seperti takut dijegal atau dihambat oleh lawan politik.
Tapi realitas politik mengatakan Presiden bukan lagi sebagai sumber kekuasaan utama. Dia harus berbagi dengan kekuatan lain, khususnya DPR. Dia sadar partai adalah kekuatan dominan dalam demokrasi.
Ada lagi kekuatan lain yang bisa menjadi "the sleeping giant" jika tidak dikelola dengan baik: militer. Dia beruntung berasal dari TNI. Juga berayah mertua dan beriparkan perwira Komando Pasukan Khusus. Dengan begitu, dia gampang mengendalikan tentara, sehingga meredam isu kudeta. Hanya purnawirawan yang sempat mengancam, meski kemudian hanya gertak sambal karena akses mereka kepada militer aktif tertutup.
SBY berhasil menggandeng partai politik, sekaligus mengendalikan tentara. Dengan cara ini dia berhasil menciptakan stabilitas keamanan selama 10 tahun, yang diikuti stabilitas ekonomi tentu saja.
Namun, dia gagal mengendalikan media massa. Dengan tabiat era demokrasi dan ekonomi yang kian liberal, media sudah berpihak, bukan karena ideologi, tetapi sabda sang pemilik.
SBY berhasil menjaga keseimbangan antara dirinya sebagai mayoritas dalam politik dan dirinya sebagai minoritas di media massa . Dengan cara inilah dia pantas disebut sebagai seorang demokrat. Bukan demokrat liberal---yang menghendaki semua pemimpin dipilih langsung---karena di akhir jabatannya dia setuju kepala daerah dipilih DPRD.
Saya berpikir, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, presiden Indonesia mendatang akan sulit menyamainya. Presiden Joko Widodo memiliki beberapa kelemahan elementer sebagai seorang presiden di negara besar. Tapi, tentu saja saya berharap prediksi saya itu salah.
Meski banyak yang belum tercapai selama 10 tahun ini, saya tetap mengaguminya. Tentu bukan karena tahi lalat lagi-toh sudah menghilang juga. Dia telah memberi standar bagi presiden pilihan langsung berikutnya bahwa memimpin Indonesia tidak mudah dan merangkul segenap kekuatan politik adalah sebuah kewajiban.
Hari ini, 20 Oktober 2014, hanya dalam beberapa menit lagi SBY bukan lagi seorang presiden. Dengan demikian, ini adalah tulisan terakhir saya tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H