Mohon tunggu...
orderto farma samboga
orderto farma samboga Mohon Tunggu... -

muda, desa, apa adanya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ada Tikungan di Balik Lobang

13 April 2010   02:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:50 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JALAN, sering kali kasih sayang seorang ibu di ibaratkan seperti “jalan”; kurang lebih begini: “kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah”. Tau sendiri kan sobat ya yang namanya jalan itu panjangnya seperti apa.., ribuan kilo meter dan bahkan nampak tidak putus karena berkait satu sama lain.., ya kecuali jalan buntu lah Jadi rupanya memang kasih sayang ibu..kasih sayang orang tua luar bisaa besar –itupun kalo ada alat yang bisa mengukurnya-, sementara kasih sayang anak di gambarkan hanya sepanjang galah, yang rata-rata tidak lebih dari lima meter. Galah.., bahasa jawanya “genter”, tau kan..?itu lho missal kita mo metik mangga..tangan kita ga sampai dan mau manjat takut jatuh..nah petik aja pakai galah, tau kan panjangnya berapa…? Hanya sepanjang itulah kasih sayang anak di gambarkan. Tapi pakdhe di sini mo menarikan jemari menulis tentang Jalan saja, bukan Galah. Dunia ini berwarna padu indah karena tidak hanya satu macam, begitu pula jalan bermacam-macam ada jalan aspal, jalan beton, jalan tol, jalan setapak, dan lain sebagainya; namun bukan jalan kaki ya sobat..itu beda hehehe Dalam aneka jalan itu terdapat perbedaan dan kesamaan, sebut saja tikungan atau belokan. Jalan pada umumnya punya belokanlah.., terbayang bukan betapa menjemukannya perjalanan dari Surabaya ke Jakarta kalau lurus rus rus tak ada sedikitpun acara membelok..??? Belokan atau tikungan itu niscaya pasti ada, dan hebatnya bahwa sesungguhnya di jalan manapun tikungan hanya ada dua yaitu belok kanan dan belok kiri, anggap aja ga ada belok agak ke kanan ya!! Hahaha maksa tapi ya memang begitu, agak ke kanan pada dasarnya ke kanan..dan agak ke kiri adalah ke kiri. Di sepanjang perjalanan menikmati fungsi jalan banyak terdapat rambu untuk memeringati kita yang se olah bicara “eits hati-hati ya, bentar lagi ada belokan ke kanan lho!”, kalau kita lalai wah bisa cilaka. Di jalan-jalan tertentu, umumnya di pegunungan malah tidak hanya rambu melainkan juga cermin cembung..jadi sang cermin langsung akan bicara “tuh liat aja sendiri..belokannya nanti segini…dari arah dalem sana nanti juga ada kendaraan, besarnya kendaraan segini kecepatannya segini, ati-ati coy!” kalau disini lalai, maka cilakanya bisa pangkat dua alias kwadrat. Selain belokan, pada suatu jalan seringkali ada lubang..baik lubang ke bawah maupun lubang ke atas, polisi tidur misalnya Karena sangat panjagnya jalan sementara perawat jalan hanya sedikit maka lumrah bila disana sini ada lubang. Namun untuk sebuah jalan yang besar sangat tidak lumrah bila jalan sampai berlubang besar dan cukup dalam, logikanya begitu gejala lubang mulai nampak atau minimal saat lubang kecil landai terbentuk maka sekonyong-konyong tanpa perlu menunggu besar lubang tadi di perbaiki. Lubang di jalan menuntut kewaspadaan yang ekstra, untuk kenyamanan perjalanan saat di depan kita ada lubang maka kemudi langkah kita goyang sedikit untuk menghindari lubang tersebut, tentu dengan memperhatikan segi keamanan..dari depan ada ancaman atau tidak dan sebagainya. Begitulah jalan kehidupan, lubang dan tikungan adalah sebuah keniscayaan. Pada akhirnya yang juga harus di perhatikan adalah jangan segan untuk menepi dan bertanya bilamana kita kehilangan jalan. Bertanya tentang jalan yang benar.., menyimak arahan orang yang kita Tanya untuk kemudian menelusuri dengan hati-hati. Hmm, tentu tanyanya ga sembarang tanya ke sembarang tempat ya sobat OKe deh, selamat beraktivitas sobat semua ya…mari kita pastikan kita tiba di tujuan dengan selamat, orang-orang tersayang menunggu penuh harap di suatu tempat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun