Mohon tunggu...
Sela setia
Sela setia Mohon Tunggu... Petani - Gadis Pemalu

menulislah, apapun! suatu saat pasti berguna -PAT

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rame-rame (Mantan) Kader PKS Masuk Barisan Banteng di Depok, Taktik Alternatif?

30 Juni 2020   17:04 Diperbarui: 30 Juni 2020   23:18 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: jurnalpublik.com

Dinami kapolitik di Kota Depok mulai memanas mendekati penyelenggaraan PIlkada serentak pada Desember mendatang. Sejumlah calon terus kasak-kusuk mencari tumpangan perahu agar bisa berkontestasi.

Satu nama yang agak mengejutkan adalah Rama Pratama. Mantan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini tiba-tiba merapat kekubu "banteng" PDI Perjuangan.

Sebagaimana diberitakan beberapa media, Rama mengaku mencari jalan 'bypass' via DPP PDI Perjuangan untuk mencari panggung. Dia langsung 'nembak' keSekjen PDI Perjuangan, HastoKristiyanto.

Merapatnya Rama kebarisan banteng inicukup mengejutkan. Karena selama ini, PKS adalah 'penguasa' Depok. Hampir 15 tahun kota ini dikuasai oleh kader-kader tarbiyah pengusung ideologi Ikhwanul Muslimin. 

Kalau sekadar mencari partai, kenapa Rama tidak menggunakan perahu PKS saja yang digdaya di Depok? Atau, jangan-jangan ini sebenarnya taktik pengusung ideologi islam-politik (baca: PKS) yang berusaha menghegemoni semua kekuatan politik di Depok dengan memasukkan Rama ke PDI Perjuangan?

Kedua opsi tersebut masih masuk akal. Karena lompatnya Rama Pratama ini sangat ekstrem. Kita tahu, kedua partai ini berseberangan, baik dari segi ideologi maupun posisi politik.

PDI Perjuangan mengusung ideologi nasionalisme. Partai ini juga cenderung sekuler dengan tidak berafiliasi pada satu agama tertentu. Cita-citanya mewujudkan Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Sedangkan, PKS jelas adalah partai Islam yang memiliki ideologi mirip Ikhwanul Muslimin. Cita-cita mereka adalah mewujudkan kehidupan masyarakat berdasarkan agama tertentu (baca: negara Islam).

Rama Pratama adalah anak kandung dari PKS. Dia dididik dalam proses liqo' berjenjang di kampus UI. Kita tahu, kampus kuning ini adalah salah satu tempat penggodokan dan basis terbesar PKS di Indonesia.

Rama juga pernah menjadi Ketua BEM UI. Jabatan politik ini menjadi ajang pembelajaran bagi kader-kader PKS yang disiapkan menjadi pemimpin masa depan.  biasanya diberikan kepada kader yang setia dan ideologis.

Setelah itu, dia pun berkarier sebagaimana senior-seniornya, yakni menjadi anggota DPR RI dari Fraksi PKS.

Dari jejak kariernya itu, Rama Pratama bisa dikatakan sebagai kader Ikhwanul Muslimin tulen. Dia pengusung ideologi Islam-Politik yang selaras dengan visi PKS untuk mewujudkan masyarakat berdasarkan satu agama (baca: negara Islam).

Nah, kenapa tiba-tiba dia sekarang masuk ke PDI Perjuangan yang nasionalis? Apakah ini tidak aneh?

Kemungkinan besar pasti ada agenda besar tersembunyi (hidden agenda), entah dari Rama Pratama atau PKS.

Karena menariknya, selain Rama, kader-kader ideologis PKS juga mencoba ganti baju. Diantara itu adalah Bayu Adi Permana.

Bayu merupakan mantan kader PKS yang ikut ke barisan Anis Matta dan Fahri Hamzah. Meski tidak berpartai di PKS, tapi secara ideologis dirinya masih bagian dari Ikhwanul Muslimin yang mencoba mewujudkan tatanan masyarakat berdasarkan satu agama tertentu (baca: negara Islam).

Kini dirinya dibungkus dengan branding milenial dan mencoba mendaftar lewat DPC PDI Perjuangan Depok. Meski kansnya tak sekuat Rama, tapi keduanya adalah kader IM yang mencoba masuk ke barisan banteng.

Dari rentetan fakta tersebut, bisa dilihat ada semacam pola kader atau mantan kader PKS yang beralih partai ke PDI Perjuangan. Tapi masuknya mereka itu hanya sekadar menjelang Pilkada saja.

Sehingga bisa disimpulkan kalau kader-kader ideologis IM ini berganti baju untuk memenangkan kontestasi politik di Depok. Tujuannya menguasai kekuasaan di Depok, tidak lain dan tidak bukan.

Menariknya, hal itu ternyata seiring dengan meredupaya posisi politik Mohammad Idris (Walikota Depok), dan kemungkinan akan ditinggalkan oleh PKS. 

Jadi apakah ini adalah taktik alternatif kader-kader PKS untuk tetap menguasai politik di Depok dengan menggunakan kendaraan lain?

Mari kita coba simak dinamika berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun