Mohon tunggu...
Bagus Kusuma
Bagus Kusuma Mohon Tunggu... -

Ayah dari 3 orang Anak. Mengelola web pribadi di http://samarakita.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Chemistry Cinta Suami Isteri

13 April 2012   00:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:41 1757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Rasulullah sang teladan mulia pun memberikan banyak hal yang sangat patut ditiru oleh seluruh pasangan suami isteri. Lebih jelasnya bisa Anda baca di artikel “Meneladani Romantisme Rasulullah”

Fase Kritis Cinta Suami Isteri
Sebuah penelitian menyebutkan adanya fase dalam pernikahan yang memunculkan resiko yang lebih besar bagi terjadinya sebuah perceraian. Fase ini disebut Fase Cooling Off. Di saat itu rasa cinta yang meluap-luap di awal hubungan mulai berkurang.Hal ini dikaitkan dengan kembali normalnya bahan kimia tertentu dalam otak.

Lalu pasangan suami isteri mulai bertanya-tanya apakah ia telah menikahi orang yang tepat karena kenyataan yang ada tentang figur pasangan berbeda dari kenyataan. Apakah harus diakhiri saja atau dilanjutkan dengan terus menahan nestapa. Kayaknya bete melihat suami yang semakin egois dan kasar atau jengah hidup dengan isteri yang terlalu banyak menuntut. Atau juga, lelah dengan konflik yang tak terselesaikan karena merasa dirinya paling benar sehingga terjadi tegangan tinggi yang siap menghanguskan hubungan. Menurut saya sih…fase ini menjadi berbahaya kalau tidak ditangani dengan cara yang benar. Konflik kecil akan menggelinding bak bola salju yang akan berubah menjadi bola salju raksasa siap menrjang apapun yang ada dihadapannya lalu menyisakan kerusakan.Namun ketika bisa ditangani dengan baik, fase ini akan mengarahkan Anda kepada hal-hal yang lebih besar dan lebih baik.

Lalui konflik di fase ini dengan cara yang tepat dan elegan. Tidak ada sama sekali harga diri yang turun atau kehinaan yang mengemuka ketika ada salah seorang dari pasangan yang memulai untuk mendinginkan konflik dan menyelesaikan. Kalau perlu akui kesalahan atau memberi maaf sebelum diminta. Mari kita lihat lagi contoh dari Rasul dalam menangani konflik rumah tangganya.
Rumah tangga Rasul pernah konflik juga ??
Tentu saja. Rasul kan manusia…dan Rasul ingin memberi teladan dari setiap kejadian dalam hidupnya.

Oke. Begini riwayatnya.
Sebuah permasalahan terjadi antara Rasulullah saw dan istri tercinta beliau Sayidah A’isyah ra, maka A’isyah meminta seorang penengah. Rasulullah saw berkata, “Bagaimana jika Abu Bakar (sebagai penengahnya)?” padahal Abu Bakar Ash-Shiddiq ra adalah ayahanda Aisyah ra. A’isyah menjawab, “Saya setuju, utuslah seseorang untuk memintanya datang.” Ketika Abu Bakr datang kepada keduanya, Rasulullah saw berkata kepadanya, “Kami memintamu datang supaya engkau menjadi penengah kami.” Kemudian Nabi menoleh pada A’isyah dan berkata, “Engkau yang terlebih dahulu berbicara atau aku?” Maka A’isyah menjawab: “Engkau yang terlebih dahulu berbicara, tapi jangan berbicara kecuali yang benar!” Maka Abu Bakar menampar wajahnya hingga bibirnya berdarah dan berkata, “Apakah Rasulullah saw pernah berbicara kecuali kebenaran wahai orang yang memusuhi dirinya sendiri!??”

A’isyah mencari perlindungan kepada Rasulullah saw dan duduk di belakang punggung beliau. Maka Rasulullah saw bersabda, “Kami tidak mengundangmu untuk melakukan ini (menampar), dan kami juga tidak ingin engkau berbuat seperti ini.” (Shahih Bukhari)

Contoh ini mengajarkan kepada kita bahwa untuk menyelesaikan konflik suami isteri dibutuhkan obyektifitas sehingga kadang dibutuhkan seorang penengah yang bijak. Sikap emosional dalam menyelesaikan masalah sangat sulit untuk memberikan solusi. Dalam pertengkaran suami isteri tak jarang terjadi adu mulut yang di dalamnya ada terucap kata-kata yang menyepelekan, merendahkan bahkan menghina. Dalam riwayat ini Rasul amat tenang ketika isterinya berkata dengan penuh emosi tentang dirinya dan memberi teguran keras kepada Abu Bakr yang menjadi emosi karena Rasul yang dicintainya disepelekan sebegitu rupa oleh Aisyah.

Membangun Kecerdasan Sosial Memperkuat Chemistry

“Many Heads Can Be Better Than One… If They Belong to Women“, adalah sebuah tulisan yang menarik dari Heidi Grant Halvorson. Dia menuliskan sebuah penelitian tentang kecerdasan kolektif. Kecerdasan kolektif berarti kecerdasan yang muncul akibat sinergi dari dua atau lebih orang dalam sebuah tim. Dalam tim ada individu yang berbeda-beda kemampuannya. Sekumpulan orang cerdas yang berkumpul dalam satu tim belum tentu menghasilkan kecerdasan kolektif yang cemerlang, sedangkan sekumpulan orang biasa-biasa saja bisa jadi dapat menghasilkan kecerdasan kolektif yang memukau.

Mengapa hal di atas bisa terjadi ? Ternyata kecerdasan kolektif tim itu melampaui potensi-potensi individu para anggotanya hanya jika ada dinamika internal yang tepat. Para peneliti tersebut menemukan bahwa yang dibutuhkan oleh sebuah kelompok untuk menjadi “cerdas” itu adalah koordinasi dan komunikasi yang efektif,dan yang paling berpeluang adalah kelompok-kelompok yang para anggotanya memiliki kecerdasan sosial yang lebih tinggi.Catet“kecerdasan sosial.”

Bila suatu kelompok terdiri dari orang-orang yang pandai dalam mencerap dan menanggapi emosi anggota kelompok yang lain, maka kelompok ini akan menghasilkan kecerdasan kolektif yang lebih tinggi dan kinerja yang lebih unggul. Lebih tinggi daripada mereka hanya bekerja secara individu.
Sebaliknya, kelompok yang anggota-anggotanya saling bersaing untuk mendominasi percakapan dan pengambilan keputusan, atau memunculkan sikap ego dan tak mau mengalah maka secara kolektif mereka menjadi kurang cerdas dan kurang efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun