Sayonara, lara...
dua belas purnama hayat diri terpanggang api rindu membara
bersama mahkota jiwa yang raib di angkernya rimba sakura
tempat ribuan bidadari edan kasmaran menebar berahi dan huru-hara
tidak... kutak pernah hanyut dalam lenggak-lenggok erotisme anggara
meski silap mata membuat ikrar-ikrar suci kadang tercedera
Aih... mawar pun meratap-ratap teriris sembilu salah kira
duri-duri diri berharakiri di runcing aksara-aksara
untunglah sang takdir tak pernah lelah memasang lentera
Sayonara, angkara...
yang pernah mencakar-cakar rentannya dinding asmara
penyebab semua ceria tercampak di padang setra
cinta adalah penjajah terganas di kolonialisme kasih mesra
dan aku pun tumbang terjengkang di kaki kanigara
karena kasih sayang saling memelihara, bukan mengendara
Perkawinan memang penjara
namun di celah-celah dindingnya selalu membersit aurora
memanunggalkan dirimu dan diriku dalam cahaya penyejahtera
Sayonara, sengsara...
yang dulu selalu kukuh menyandera
penyebab segenap asa hancur bercempera
walau cinta sejati adalah hijrah menuju hanya satu gapura
ia sajak teragung dalam khazanah mahakarya Sang Maha Dikara
tapi engkau hadiah terindah di tahun teranyar bergelimang gembira
Bumi Allah, 30 Desember 2016
KOSAKATA:
>> edan kasmaran = gila berahi
>> anggara = buas; liar
>> setra = (1) medan; padang; lapangan; (2) tempat pembuangan atau penguburan mayat
>> kanigara = bunga matahari, Helianthus annuus
>> bercempera = berhamburan; bercerai-berai
>> dikara = indah; mulia
Puisi ini juga ditulis di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H