Dahulu aku dan kau, kawanku...
Seperti sebuah tong yang berusaha menampung air agar tak membuat lantai di bawah kita menjadi basah
Belum banyak mengetahui dan membuat kita sadar akan kapasitas diri.
Ah.. masih kuingat itu kawanku...
Ketika buku-buku menjadi teman wacana kita
Dahulu aku dan kau, kawanku...
Hidup sederhana dengan uang pas-pas'an
Yang membuat kita sadar diri dan mensyukuri berkat Allah
Ah.. masih kuingat itu kawanku...
Ketika indomie dan telor menjadi saksi sekaligus berkatnya
Sekarang aku dan kau, kawanku...
Tong kita mungkin sudah penuh dengan air
Namun air di dalam tong kita malah membuat lantai di bawah kita menjadi basah dan itu sangat mengganggu
Orang dapat terpeleset dan jatuh karenanya
Gaung dan getaran yang kita buatlah yang membuat air itu tumpah
Ah.. kuingat kawanku
Ketika ilmu-ilmu dan bacot kita yang menyesatkan
Sekarang aku dan kau, kawanku...
sudah mempunyai hidup yang bisa ku katakan lebih baik
Ketika Allah mendengar jeritan dan kerinduan kita
Namun hal itu membuat kita lupa diri
Ah.. kuingat kawanku...
Ketika gurami dan ayam goreng membuat kita tamak dan membuat kita lupa akan kontrol diri dan lupa mensyukuri berkat Allah
Mau tak mau harus mengakui semua ini membuat kita lupa siapa kita sebenarnya
Ternyata setelah kita renungkan, hidup ini adalah jalan kesengsaraan seperti yang dikatakan Yesus dalam injil itu dan Buddha Gautama
Ah.. aku tak tahu kawan apa sekarang kau sudah lebih baik dan menyadarinya
Kalau iya, pegang tanganku dan bantu aku melakukannya, sebab aku belum mampu
Kalau belum, aku akan berusaha untuk mampu melakukannya dan memegang tanganmu dan mengangkatmu
Kalau kita berdua belum melakukannya,mari sama-sama berpegangan tangan dan kita berusaha berdiri dari nikmatnya duduk berlama-lama di zona nyaman kita.