Mohon tunggu...
Sam Pasai
Sam Pasai Mohon Tunggu... -

Pengkhayal gila ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rodeo

19 November 2010   08:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:28 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LAGI jalan-jalan di mall, tiba-tiba... nyesss... aku berubah jadi lembu. Kulihat ke bagian belakang: seutas ekor menegaskan anatomi empat kaki. Dua tanduk terpantul dari dinding kaca distro terdekat. Aku panik.

Seseorang berteriak dengan bola mata nyaris lompat: "ada lembu!"

Kuluruskan, 'bukaaaan... bukan, ini aku,' tapi bunyi yang terdengar adalah: "mbooooh!" O Tuhan, lidahku tak bisa berbahasa manusia. Ku ingin menangis, tapi dasar mata lembu enggak ada airnya.

Mall heboh.

Hush... hush... Satpam mengacung-acungkan pentungan karet. Merasa terhina, kutatap lima Satpam itu lekat-lekat.  Buuuk... bokongku kena pukul sekali. Ternyata mereka tak terima ditatap lembu. Buuuk... lagi-lagi. Aku lari. Kebetulan ada lift yang lagi membuka. Kumasuk, seorang ibu-ibu pingsan sebelum sempat keluar. Di lantai dasar konser musik kocar-kocir. Aneh, aku inginnya pulang saja tapi tubuh lembu malah ngejar vokalis berbaju merah cerah. Penonton dan personil band kabur sambil jerit-jerit.

Baru saja terasa mules... plak... setumpuk kotoran hijau telah duluan hinggap di jalan. Tak sempat kucari toilet terdekat. Di depan pintu rumah kuucapkan, 'salamulekooom!', tapi lagi-lagi yang terdengar cuma "mboooh!", dan bukan tangan yang mengetuk tapi lidah menjilat-jilat daun pintu.  Seketika itu aku melihat pokok persoalannya: tubuh lembu tak mau mengikuti kehendak jiwa manusiaku. Anatomi biologis lembu menunggangiku.

Lembu nunggang manusia? Memalukan!

Puuuf... sekepul asap oranye ngepul di depanku. Seorang tua batuk-batuk sambil nepis kepulan asap sampai hilang lantas terkekeh. Janggut putihnya selutut.

"Mau jadi manusia? Jinakkan lembu itu!"

Belum sempat kutanya ini itu, si tua telah meletus jadi asap hijau. Aku memaki meski yang terdengar cuma mbah-mbeh-mboh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun