Minimnya Teladan Akhlak
Selain status, komentar-komentar negatif terhadap status orang lain juga bertaburan. Hal ini menunjukkan minimnya pembelajaran dan pengamalan akhlak dan moral dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, sangat diperlukan pembelajaran dan teladan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Di sinilah peran penting orang tua dalam memberikan keteladanan. Apa yang dilakukan orang tua menjadi contoh pertama mereka. Orang tua menjadi cermin perilaku terdekat yang ada dalam kehidupan remaja.
Orang tua sering tidak sadar bahwa mereka menjadi teladan anak dalam hal apapun, baik ataupun buruk. Orang tua memberikan pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter anak. Apapun yang dilakukan orang tua pasti akan dicontoh anaknya. Perhatian dan bimbingan orang tua sangat dibutuhkan bagi perkembangan psikologis remaja.
Tidak hanya orang tua, media pun diharapkan tidak lagi menampilkan tokoh-tokoh tertentu yang hanya terkenal, pintar, ataupun kaya namun minim akhlak. Gembar-gembor berita korupsi makin lama menjadi hal yang lumrah. Begitu pun dengan berita perkosaan, pembunuhan, dan narkoba. Berita-berita tersebut kerap selalu ada yang baru sehingga secara tidak sadar bahwa hal itu adalah hal yang wajar dan pantas ditiru para remaja.
Kita boleh saja berteriak tentang perilaku remaja yang kian tidak terarah. Tapi kita juga harus berkaca pada diri sendiri betapa ternyata kita juga punya andil dalam kerusakan mental bangsa, khususnya remaja.
Selain teladan perilaku, penting untuk memberikan ilmu agama sejak dini pada anak dan remaja. Ilmu agama yang bukan sekedar ibadah dalam syariat. Namun ilmu agama yang menyangkut muamalah, cara berkehidupan sehari-hari. Pengetahuan bahwa berbagai perilaku kita akan dipertanggungjawabkan di hari akhirat.
Tiap agama memiliki tokoh teladan masing-masing. Teladan dalam Islam adalah Nabi Muhammad Saw. Kristen punya Yesus Kristus, dan ada Sidharta Gautama dalam agama Budha. Mereka inilah yang mestinya menjadi idola untuk dijadikan panutan para remaja. Bukan tokoh seusianya yang juga masih dalam proses pencarian jati dirinya.
Beralih ke Seks dan Narkoba
Banyak remaja yang krisis harga diri dan memilih menjadikan narkoba dan seks bebas sebagai pelampiasan. Dengan narkoba mereka dapat melupakan sesaat permasalahan hidupnya. Apalagi hal itu dilakukan bersama teman-temannya, orang-orang yang sudah membuat mereka nyaman bersama mereka.
Para lelaki pun tergiur melihatnya. Di sinilah awal mula terjadinya seks bebas. Kedua belah pihak sama-sama ingin menunjukkan kecantikan, ketampanan, dan keseksian masing-masing. Hal seperti ini menjadi bagian eksistensi bagi remaja. Tak heran banyak yang bangga jika banyak remaja bangga sudah melakukan hubungan suami-istri. Bahkan jika belum pernah berpacaran akan disebut “kurang gaul”.